Kediri, (ANTARA News) - Akibat tidak mendapatkan jatah makanan, ratusan pengungsi Gunung Kelud asal Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pulang ke rumah mereka masing-masing. Sejak Rabu pagi para pengungsi tersebut meninggalkan tempat penampungan di Desa Tawang, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri dengan menumpang sepeda motor dan angkutan umum ke rumah mereka yang berjarak sekitar 10 kilometer. Kepulangan warga Desa Sugihwaras itu lantaran kecewa dengan penanganan petugas Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Kediri yang tidak segera memberi makan terhadap mereka. "Dari tadi malam, hanya didata saja. Tapi sampai sekarang kami belum mendapatkan bantuan apapun," kata seorang pengungsi sambil meninggalkan tempat pengungsian di Balai Desa Tawang. Sebelumnya pejabat dari Satlak PB Kabupaten Kediri, Letkol (Inf) Endy Servandi berjanji akan mengirimkan nasi bungkus lengkap dengan lauk-pauk. Namun sampai pagi ini mereka belum mendapatkan bantuan apapun, termasuk empat ton beras yang seharusnya tersedia di masing-masing tempat pengungsian. Sejak Selasa (16/10) malam, sedikitnya 3.212 jiwa warga Desa Sugihwaras yang tinggal sekitar 10 kilometer dari danau kawah Gunung Kelud diungsikan dengan menggunakan 20 truk ke Desa Tawang. Sementara itu, Sekretaris Satlak PB Kabupaten Kediri, Roeslan Effendi, menyatakan, sampai saat ini masih ada sekitar 20 persen warga yang tinggal di Ring I Kawasan Rawan Bencana (KRB) I Gunung Kelud yang belum mengungsi. "Mereka ini sejak tadi malam tidak mau mengungsi dengan alasan menjaga rumah dan harta benda di dalamnya," katanya didampingi Ketua Bidang Keamanan Satgas PB Kabupaten Kediri, Deddy Sadria. Menurut dia, sudah berkali-kali petugas dan para relawan membujuk mereka untuk meninggalkan rumah sebelum Gunung Kelud meletus untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. "Kami sudah menyiagakan para petugas untuk mengamankan rumah dan harta benda warga, tapi tetap saja mereka tidak mau mengungsi. Selain di Sugihwaras, mereka juga tinggal di KRB I Kecamatan Puncu," kata Deddy Sadria. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007