Bangkok (ANTARA News) - Kebijakan negara yang represif dan pasar "yang terganggu fungsinya" di Myanmar yang diperintah militer menyebabkan lima juta orang tidak mendapat makanan yang cukup di negara yang pernah menjadi gudang beras Asia, kata Program Pangan Dunia (WFP), Rabu. "Di sebuah negara surplus pangan seperti Myanmar, seharusnya tidak seorangpun kelaparan, tetapi jutaan orang mengalaminya," kata Direktur rejional WFP Tony Banbury setelah kunjungan lima hari yang direncanakan sebelum tindakan keras berdarah terhadap protes-protes pro demokrasi. Myanmar dapat memproduksi surplus pangan dengan sangat mudah, tetapi kini gagal menyediakan pangan yang dibutuhkan penduduknya, katanya yang menyerukan dana lebih banyak bagi operasi bantuan WFP. Pada saat ini, badan PBB itu-- satu dari beberapa organisasi bantuan yang diizinkan beroperasi oleh junta-- sedang berusaha untuk menyediakan pangan bagi 500.000 orang, walaupun organisasi itu memperkirakan sekitar lima juta orang, hampir 10 persen dari penduduk negara itu berada dalam risiko kekurangan pangan. PBB memperkirakan sepertiga dari anak-anak berusia di bawah lima tahun berat badan mereka terlalu ringan dan 10 persen diklasifikasikan sebagai "lemah", atau mengalami kekurangan gizi yang akut. Tingkat kematian anak-anak 106 per 1.000 orang termasuk yang terburuk di Asia. Junta terus memaksa para petani menjual beras kepada pemerintah di bawah pasar dan menolak mempertimbangkan penggendoran larangan bagi gerakan bebas perdagangan yang akan mengizinkan munculnya satu pasar yang layak, kata Banbury. "Pihak pengussa Myanmar harus melakukan reformasi penting," katanya. "Bantuan kemanusiaan dari WFP dan organisasi-organisasi bantuan lainnya hanyalah bantuan sementara. Hal yang menyakitkan adalah bahwa sekarang dunia bahkan tidak ingin membayar bagi bantuan darurat itu. Operasi-operasi bantuan WFP langsung disalurkan kepada mereka yang membutuhkan dan tidak melalui pemerintah, senilai 51 juta dolar untuk tahun 2007-2009. Akan tetapi 35 dolar juta yang dijanjikan oleh donor-donor belum direalisasikan. Australia membuka jalan dengan memberikan dana 5 juta dolar disusul dua juta dolar dari kas PBB dan masing-masing satu juta dolar dari Jepang dan Uni Eropa. AS, yang biasanya menyediakan dana 40 persen dari proyek-proyek WFP di mana pun, hanya menyumbang 300.000 dolar, sedangkan Inggris sama sekali tidak memberikan bantuan, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007