Jakarta (ANTARA News) - Harga minyak goreng dalam negeri diperkirakan dapat mengalami kenaikan akibat terdorong gejolak harga minyak bumi yang melampaui 90 dolar AS per barel. "Sudah mulai ada sentimen yang mengaitkan harga minyak bumi dan harga minyak kelapa sawit (CPO), tapi sebetulnya pemanfaatan CPO untuk biodiesel kecil konsekuensinya harga minyak goreng naik," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Makan Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga di sela-sela pembukaan Pameran Produk Ekspor 2007 di Jakarta, Selasa. Sahat memperkirakan jika harga CPO naik menjadi 825 dolar AS per ton, maka kemungkinan kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri sebesar Rp450-500 per kg. "Sebelum Lebaran harganya Rp7.400 per kg (eks pabrik) bisa jadi Rp7.800-Rp7.900 per kg," ujarnya. Pada kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan pemerintah kemungkinan menghindari opsi penurunan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) BBM. "Penurunan PPN BBM baru merupakan salah satu opsi. Tapi kembali lagi bahwa yang dihindari oleh pemerintah yaitu menghilangkan subsidi agar struktur harga menjadi struktur harga yang kompetitif," katanya. Kebijakan Indonesia dalam menghadapi kenaikan harga minyak dunia, kata Fahmi, sama seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain di dunia yaitu mengurangi subsidi. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan pemerintah sedang menghitung dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap industri dalam negeri. "Belum selesai `exercise`,"ujarnya. Menurut dia, pengaruhnya akan berbeda-beda pada setiap sektor, oleh karena itu pemerintah meminta pengusaha bagaimana melakukan efisiensi biaya dan melakukan diversifikasi energi. Terkait kenaikan harga CPO, menurut Mendag, pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap besaran Pungutan Ekspor (PE). Persentase PE yang saat ini 7,5 persen bisa naik menjadi 10 persen jika harga rata-rata sebulan ini naik melebihi 850 dolar AS per barel. "Awal November akan ditentukan harga baru," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007