Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Hasanuddin, mengajak para pihak yang berkompeten untuk memikirkan alternatif ibukota negara di luar Jakarta. "Kemacetan luar biasa kini mulai kembali terjadi di Jakarta. Ini mengharuskan pemerintah mengambil pilihan, tetap mempertahankan Jakarta sebagai ibukota segalanya atau cari alternatif lain," kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) ini kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa. Berbicara melalui hubungan telefon seluler, Hasanuddin yang tengah menyelesaikan studi ilmu politik di Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) ini menambahkan, Jakarta tak bisa dibiarkan jadi pusat segalanya. "Tidak bisa sebuah kota ditumpukkan sebagai pusat jasa, pendidikan, pemerintahan, negara dan lain sebagainya. Ini harus dikaji ulang. Tetapi terserah, apakah mempertahankan Jakarta sebagai pusat segala-galanya dengan kemacetan luar biasa, atau memindahkan ibukota negara dan pemerintahan dari Jakarta," ujar Hasanuddin. Ia juga menyampaikan selamat untuk gubernur baru Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Fauzi Bowo. "Semoga beliau jadi gubernur terakhir dalam suasana DKI yang menyajikan kemacetan tak berujung pangkal. Sekaligus saya ucapkan selamat jalan buat Sutiyoso. Semoga keinginan jadi presiden tidak untuk menyebarluaskan kemacetan Jakarta ke daerah lain di seluruh Indonesia. Kami catat prestasi bapak memacetkan Jakarta," tukas Hasanuddin.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007