Jakarta (ANTARA News) - Tokoh kalangan muda berpeluang untuk diajukan sebagai bakal calon pimpinan nasional, termasuk menjadi capres dan cawapres, namun diingatkan sebelum mencalonkan diri sebagai pimpinan, tokoh muda harus mengukur diri. "Seperti pemain karate yang harus mengukur diri di depan kaca sebelum bertanding lalu menghormat lawan di awal pertandingan, tokoh kalangan muda juga harus mengukur diri. Harus siap kalah, siap menang, jangan hanya siap menang," kata Ketua DPR Agung Laksono seusai berbicara dalam seminar "Quo Vadis: Sumpah Pemuda dan Ideologi Pancasila dalam Pembangunan Bangsa" di Jakarta, Kamis. Seminar dalam rangka Sumpah Pemuda ke-80 pada 28 Oktober diselenggarakan Pusat Studi Hukum dan Pembangunan (PSHK) yang dipimpin anggota DPR Ade Komaruddin. Pembicara yang hadir, yaitu Rektor Universitas Multimedia Nusantara Prof Yohanes Surya, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani, Juru Bicara Presiden Dino Pati Djalal, Rektor Universitas Paramadina Dr Anis Baswedan, Deputi Gubernur BI Mulyaman D Hadad, Dekan Fakultas Hukum Unpad Ahmad M Ramli, Ketua Umum Hipmi Sandiaga S Uno serta Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Rikard Bagun. Agung mengemukakan, di masa lalu, tokoh kalangan muda banyak bermunculan ke pentas politik nasional, bahkan internasional. Dicontohkan, Soekarno dan Soeharto menjadi Presiden ketika masih berusia 40-an tahun. "Di alam demokrasi, kita sudah biasa dengan pilihan-pilihan. Pemuda harus siap dihadapkan pada situasi-situasi seperti itu," kata Agung yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar. Agung mengingatkan, sebelum masuk dalam rivalitas kepemimpinan nasional, pemuda harus bisa mengukur kemampuan diri. Selain itu juga harus siap menang dan siap kalah. "Kalau sudah `pas` monggo saja," katanya. Sebelumnya, Anggota Fraksi Partai Golkar FPG) Yuddy Chrisnandy menyatakan siap mencalonkan diri sebagai capres bila Golkar tidak berani mengajukan capres, padahal Golkar tidak kehabisan kader. Saat ini, menurut dia, ada setidaknya 10 yang layak diajukan sebagai capres, yaitu Jusuf kalla, Agung Laksono, Fahmi Idris, Aburizal Bakrie, Jimly Ashiddiqie, Muladi, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Surya Paloh, Akbar Tandjung dan Din Syamsuddin.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007