Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Faisal Basri menilai, sejumlah bank syariah di Indonesia dalam mengeluarkan produk-produknya belum didasarkan kepada riset pasar, sehingga produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat hanya mengekor saja kepada produk perbankan konvensional. "Tidak banyak bank-bank syariah yang melakukan riset pasar, padahal hakikat bank syariah adalah antitesa dari bank-bank yang ada sebelumnya," kata Faisal Basri di sela Pameran Syariah Indonesia (ISE) II di Jakarta, Kamis. Ia mencontohkan, ketika bank-bank konvensional meluncurkan kartu kredit, maka sejumlah bank syariah ikut-ikutan meluncurkan kartu kredit syariah. Faisal mengajak bank-bank syariah mengubah pola pikir dalam mengeluarkan produk perbankan syariah dengan melakukan riset terlebih dahulu, sehingga produk yang dikeluarkan benar-benar merupakan produk yang dibutuhkan oleh rakyat di sekitarnya. "Rencana Bank Syariah Mandiri (BSM) menjajaki penyaluran kredit untuk peternak sapi di Bali dan para petani di sana setelah dilakukan riset pasar adalah rencana yang mungkin cukup bagus," katanya. Menurut Faisal, minimnya riset pasar bank-bank syariah mengakibatkan bank-bank syariah tidak dapat membaca peluang pengembangan usaha, akhirnya pangsa pasar perbankan syariah juga sulit meningkat. Faisal juga menyatakan bahwa perkembangan perbankan syariah akan ditentukan sendiri oleh berbagai pihak di tanah air bukan oleh pihak yang berada di luar negeri. "Selama ini kita banyak mengharapkan dana-dana dari Timur Tengah akan masuk ke Indonesia. Tapi, nyatanya tidak kunjung datang juga meski kita sudah mengirim utusan khusus beberapa tahun lalu. Investor Timteng masih lebih suka menaruh dananya di Amerika Serikat atau di Malaysia. Kita masih harus membangun kepercayaan mereka kepada kita," demikian Faisal Basri. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007