Jakarta (ANTARA) - Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan pemilu presiden 2019 sepatutnya mengutamakan keadaban publik sehingga dapat berlangsung secara damai, demokratis, dan kondusif.

"Situasi menjelang pemilu presiden yang semakin memanas, dikhawatirkan dapat membuat persatuan bangsa menjadi retak. Jangan sampai karena pemilu presiden yang diselenggarakan setiap lima tahun, tapi persatuan bangsa menjadi retak," kata Ace Hasan Syadzily pada diskusi Empat Pilar MPR RI: "Konsolidasi Nasional untuk Pemilu Damai", di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin.

Menurut Ace Hasan, pemilu 2019 adalah pemilu yang pertama kali diselenggarakan secara serentak antara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Sebelumnya, pemilu legislatif dan pemilu presiden diselenggarakan secara terpisah. "Pemilu yang diselenggarakan secara serentak ini menjadi tantangan baru, baik bagi penyelenggara maupun peserta pemilu," katanya.

Politisi Partai Golkar ini berharap, melalui pemilu presiden yang diselenggarakan dengan mengutamakan keadaban publik dapat menghasilkan pemimpin nasional yang terbaik dan sesuai harapan rakyat.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini menaruh harapan, masyarakat dapat menyikapi situasi yang memanas menjelang pemilu dengan sikap dewasa dan bijaksana.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengingatkan masyarakat Indonesia, tidak perlu membesarkan kekhawatiran dan ketakutan terhadap temperatur politik yang memanas menjelang pemilu presiden 2019.

"Indonesia memiliki pengalaman panjang menyelenggarakan pemilu dan setiap menjelang pemilu situasinya selalu panas. Namun, setelah pemilu selesai dan ada pemimpin yang terpilih, maka masyarakat kembali damai lagi," kata Hidayat Nur Wahid.

Menurut dia, setiap selesai pemilu masyarakat kembali pada kehidupan bermasyarakat secara damai. Karena itu, menghadapi pemilu presiden 2019, kata dia, sebagian masyarakat Indonesia tidak terlalu membesar-besarkan kekhawatiran dan ketakutan.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2019