Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah mengatakan negara-negara berkembang mengkhawatirkan terjadinya proteksionisme dari negara-negara maju, mengingat kondisi perekonomian global yang dipengaruhi oleh krisis subprime mortgage, harga minyak dan "global inbalances". "Ada berbagai `warning` berbagai pihak bahwa jangan sampai `global inbalances` dan lainnya justru akan mendorong negara-negara besar untuk melakukan upaya proteksionisme, katanya, seusai shalat Jumat di Jakarta, mengenai pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dihadirinya beberapa waktu lalu. Dikatakannya bila proteksionisme terjadi, justru akan membahayakan perekonomian secara keseluruhan. "Kalau itu (proteksionisme) terjadi, bahayanya bahkan lebih besar dari `global inbalances`, karena proteksionisme akan merugikan berbagai pihak, baik negara berkembang dan negara besar itu sendiri," jelasnya. Negara berkembang bahkan menuntut agar negara-negara maju lebuh membuka pasar mereka guna mendorong peningkatan kesejahteraan, terutama dalam konteks Millenium Development Goals (MDG), imbuhnya. "Mestinya negara-negara maju justru membuka pasar mereka tanpa harus memberikan bantuan subsidi dan lain-lain kepada negara berkembang, asal pasarnya dibuka. Itu (pembukaan pasar) merupakan bantuan yang sangat besar," katanya. Menurut dia, proteksionisme merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam forum internasional tersebut. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007