Banda Aceh (ANTARA News) - Seekor harimau Sumatera yang sering mengganggu masyarakat dan memangsa belasan sapi rakyat, Jumat (26/10) ditemukan mati, setelah diracun warga Desa Ranto Sabon, Kemukiman Pantee Purba/Ligan, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Iskandar Musa, salah seorang tokoh masyarakat Desa Ranto Sabon, Sabtu, menyebutkan harimau jantan yang memiliki berat badan sekitar 200 kg dengan panjang badan sekitar 180 Cm itu dikabarkan selama dua sebulan terakhir sering mengincar penduduk saat bekerja di kebun/ladang. Sekitar 20 tahun lalu, dua warga setempat tewas diterkam satwa liar dilindungi itu, masing-masing M Nasir dan Baharuddin pada saat mereka membersihkan kebun nilam, namun lama tidak terdengar lagi dan baru kali ini turun hingga di seputaran hutan permukiman penduduk. "Sehari sebelum harimau itu ditemukan mati, empat ekor sapi saya tewas bantai satwa liar dilindungi ini," kata Iskandar Musa. Tokoh masyarakat Desa Ranto Sabon lainnya, Abdul Rani, memperkirakan selain yang telah tewas diracun itu masih ada harimau betina, namun jumlah pasti belum diketahui, namun dugaan sementara terlihat dari jejak telapak kakinya lebih dari dua ekor masih berkiliaran diseputaran daerah mereka. "Sebelum harimau Sumatera itu tewas, kami sudah pernah menyampaikan kasus gangguan satwa liar kepada aparat pemerintah di Kecamatan Sampoiniet, namun kurang mendapat respon," katanya. Menurut Abdul Rani, selain gangguan harimau, masyarakat di seputaran Desa Ranto Sabon kini juga mengeluh gangguan kawanan gajah, terutama di kawasan satuan permukiman transmigrasi (SPT) Patek, namun sampai saat ini belum ada upaya penanggulangan dari aparat pemerintah Aceh Jaya. Kawanan gajar liar itu selama ini dilakukan pengusiran kehabitatnya dilakukan masyarakat secara tradisional dengan menghidupkan api unggun di pinggiran areal kebun mereka masing-masing, namun kawanan gajah tersebut hingga saat ini tetap bertahan dipinggiran hutan dekat permukiman penduduk. Daerah yang sering dikunjungi kawanan gajah liar itu selama hampir dua bulan terakhir ini SPT IV Patek dan SPT V serta Desa Punti, sehingga sebagian warga yang tinggal di pinggiran jalur jelajah satwa dilindungi ini tidak berani lagi ke kebun karena sering dipergoki hewan tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007