Kediri (ANTARA News) - Jumlah pengungsi dari lereng-lereng Gunung Kelud yang menderita sakit terus bertambah, sementara persediaan obat-obatan di tempat-tempat pengungsian di Kabupaten Kediri, Jatim, kian menipis. "Sampai hari ini jumlah pengungsi yang sakit telah mencapai 1.765 orang, sementara jatah obat-obatan kian menipis dan kami perkirakan hanya cukup untuk 14 hari ke depan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, dr Suliani Suwadji, Selasa. Menurut dia, jumlah pengungsi yang sakit dari waktu ke waktu terus bertambah, bahkan dalam sehari mencapai antara 20 sampai 40 kasus, sebagian diantaranya harus dirujuk ke rumah sakit. Data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan per 30 Oktober 2007, dari jumlah 1.785 pengungsi sakit, sebanyak 579 orang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Disusul kemudian nyeri sendi sebanyak 306 kasus, gastritis atau lambung (201), diare (150), dan hipertensi (116). Sedang jumlah wanita yang sedang hamil tercatat mencapai 25 orang dan dua orang telah menjalani persalinan beberapa saat setelah diboyong ke tempat pengungsian. Suliani mengatakan, sebagian dari para pengungsi tersebut ada yang memiliki penyakit bawaan sejak masih berada di rumahnya. "Kalau penyakitnya sudah parah, langsung kami rujuk ke rumah sakit," katanya. Sampai saat ini, pihaknya masih tetap menyiagakan beberapa orang petugas kesehatan di tempat-tempat pengungsian sampai kondisi Gunung Kelud benar-benar aman. Sedang untuk stok obat-obatan, Dinkes Kabupaten Kediri mendapatkan kepastian dari Pemprov Jatim untuk mendapatkan jatah tambahan bagi pengungsi Gunung Kelud. Bahkan sampai Selasa siang, bantuan obat-obatan yang diterima Dinkes Kabupaten Kediri telah mencapai Rp216,6 juta ditambah dengan bantuan berupa masker yang berjumlah sekitar 156 ribu buah. "Selain itu masih banyak bantuan-bantuan lain terkait dengan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi," kata dr Suliani Suwadji saat ditemui di Posko Utama Bencana Gunung Kelud di monumen Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri. Informasi terakhir, Gunung Kelud dikabarkan masih berpotensi meletus sehingga statusnya batal diturunkan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007