Jakarta (ANTARA News) - Teknopreneur sekaligus Chief Operating Officer Teknopreneur Magazine, M Andy Zaky, berpendapat, masih banyak hasil riset dan penemuan ilmuwan di Indonesia hanya berakhir menjadi bahan makalah semata. "Selama ini banyak penemuan tapi sayangnya hanya menjadi makalah semata. Ilmuwan belum menemukan bahwa hasil risetnya itu adalah peluang untuk membuka bisnis inovasi yang menguntungkan," kata Andy di Jakarta, Selasa. Menurut dia, peneliti idealnya menjadi teknopreneur alias wirausahawan berbasis teknologi. Teknopreneur juga harus mempunyai pendekatan yang baik pada pusat riset sebagai sumber inovasi yang akan dipasarkannya. "Komponen sukses teknopreneur ini bertumpu pada inovasi yang berkelanjutan, jaringan, manajemen yang kredible dan GCG, serta bisnis modal yang jelas," katanya. Ia mengatakan, teknopreneur selama ini juga terbentur masalah pembiayaan di mana masih sulitnya mengakses sumber permodalan untuk usahanya. "Untuk tahap pemula diperlukan investor malaikat yang percaya pada sebuah ide, selanjutnya bisa meningkat pada venture capital, dan baru setelah `mature` bisa dipercaya perbankan yang memiliki standar yang ketat. Arah ke depan tentunya dapat melakukan IPO (Penawaran saham perdana di pasar bursa)," katanya. Ia mengatakan, bisnis teknologi memiliki karakter yang berbeda sehingga diperlukan pendekatan yang beda pula untuk solusi pembiayaan. Padahal sudah saatnya menyadari bahwa bisnis teknologi merupakan bisnis yang amat potensial dan menguntungkan. Ia mencontohkan di luar negeri perusahaan teknologi informasi Microsoft pada 2006 saja mampu menyerap 79.000 tenaga kerja dengan konsumen 102 dan pendapatan lebih dari 50 miliar dolar AS. Selain itu, masih banyak contoh lain yaitu perusahaan teknologi Cisco dan Google yang mengalami kesuksesan nyaris sama dengan Microsoft. "Ketiganya mempunyai kemiripan yaitu bermuara pada satu titik dimulai dari kampus, dari hasil riset dan proses inovasi," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007