Kota Gaza (ANTARA News) - Jumlah korban tewas akibat ofensif Israel di Jalur Gaza meningkat menjadi 763, Kamis, setelah serangan-serangan baru, sementara puluhan mayat ditemukan selama penghentian sesaat pemboman Israel, kata beberapa petugas medis. Sekitar 20 orang, banyak diantaranya wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan baru militer Israel pada Kamis, kata Mouawiya Hassanein, kepala badan pelayanan darurat Gaza. Petugas penyelamat juga menemukan banyak mayat di antara puing-puing ketika mereka melakukan pencarian selama penghentian perang tiga jam di Gaza antara pukul 11.00 GMT (pukul 18.00 WIB) dan pukul 14.00 GMT (pukul 21.00 WIB), katanya. Jumlah kematian akibat serangan Israel telah melampaui 700 pada Rabu malam, namun Hassanein mengatakan kepada AFP, "Jumlah kematian telah meningkat lagi menjadi 763 setelah penemuan banyak mayat di zona-zona yang tidak bisa kami jangkau sebelumnya," khususnya di sekitar Jabaliya dan Atatra di wilayah utara dan Zeitoun di Kota Gaza. Sementara itu, Kamis, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menuduh Israel tidak membantu korban-korban yang cedera di sebuah daerah Gaza dimana petugas penyelamat menemukan empat anak kecil berkumpul di sekitar mayat ibu mereka, terlalu lemah untuk berdiri. Militer Israel "telah gagal memenuhi kewajibannya menurut hukum kemanusiaan internasional untuk merawat dan mengangkut korban-korban yang terluka", kata ICRC dalam sebuah pernyataannya. Mereka mengatakan, pasukan Israel berusaha mengusir petugas penyelamat ketika mereka akhirnya menjangkau lokasi mengerikan di daerah Zeitun yang dihancurkan di Kota Gaza pada Rabu, empat hari setelah jalur aman diminta dibuka. Penundaan membuka akses bagi petugas penyelamat itu merupakan tindakan yang "tidak bisa diterima", kata ICRC. Kekerasan di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember. Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia. Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun lalu setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari. Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009