Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Jumat pagi, melemah hingga menembus level Rp9.100 per dolar AS, akibat tertekan aksi beli dolar AS para pelaku pasar yang menvemaskan gejolak harga minyak mentah dunia. Nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp9.130/9.135 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.078/9.130 per dolar AS atau melemah 52 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, mengatakan di Jakarta, Jumat, kekhawatiran atas gejolak harga minyak mentah dunia merupakan faktor utama yang menekan rupiah. Bahkan sentimen positif yang muncul dari bank sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga Fed fund sebesar 25 basis poin tidak mampu memicu rupiah naik, katanya. Menurut dia, gejolak kenaikan harga minyak mentah itu memicu pelaku lebih cenderung membeli dolar AS, ketimbang rupiah, meski muncul isu positif terhadap mata uang lokal itu. Apalagi pasar saham regional melemah terpicu oleh merosotnya bursa Wall Street, akibat kekhawatiran pelaku pasar asing terhadap pasar kredit AS, yang menekan rupiah terus merosot, katanya. Meski rupiah merosot, namun mata uang lokal itu masih tetap berada pada kisaran antara Rp9.100 sampai Rp9.150 per dolar AS yang menunjukkan rupiah masih stabil. Rupiah memang sulit untuk bisa mendekati level Rp9.000 per dolar AS atau menembus level tersebut, karena isu segar masih belum kuat untuk mendorong mata uang lokal itu berada di level tersebut. Namun, menurut dia apabila tidak ada gejolak harga minyak mentah pada hari ini, kemungkinan rupiah akan kembali menguat. Apalagi sentimen positif masih terus mendekati rupiah yang suatu saat nanti akan memberikan dukungan sehingga pergerakan mata uang lokal itu meningkat. Sementara yen stabil terhadap euro dan dolar AS. Nilai tukar dolar terhadap yen 165,40 dan terhadap euro 1,45. "Kami memperkirakan perdagangan di pasar uang masih didominasi oleh aksi lepas rupiah dan membeli dolar," ucapnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007