New York (ANTARA News) - Peningkatan dalam tampilan susunan otak yang dihasilkan oleh gelombang magnetik (MRI) telah banyak mengungkapkan pendeteksian sejumlah kasus ringan kelainan otak yang kemungkinan menimbulkan kecemasan pasien . Namun, tak jarang hal-hal tersebut sebenarnya tidak menimbulkan persoalan bagi si pasien yang bersangkutan, demikian hasil temuan penelitian terkini yang dipublikasikan Senin di jurmal kedokteran, The New England Journal of Medicine. Penelitian tersebut melibatkan 2 ribu orang dengan rentang umur antara 46 dan 96 tahun dengan tidak adanya gejala dari gangguan pada otak dan menjalani pemeriksaan melalui MRI antara tahun 2005 hingga 2007. Jaringan otak yang telah mati atau rusak adalah kasus gangguan pada otak yang paling banyak ditemui yang ditemukan pada 7,2 persen pasien. Gangguan lainnya termasuk tumor jinak dan menggelembungnya pembuluh darah pada otak yang juga dikenal sebagai aneurysms. Tumor-tumor tersebut masuk kategori sebagai tumor jinak berdasarkan karateristik khusus, misalnya lokasi, bentuk dan densitas, demikian dikatakan oleh Dr.Aad ven der Lugt, dari Pusat Penelitian Erasmus Mc Universityu di Rotterdam, mengatakan kepada Reuters. "Temuan yang diketemukan secara tak disengaja seringkali dianggap sebagai "incidentalomas," sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut karena tak dapat digunakan sebagai alasan satu-satunya untuk mengambil keputusan untuk melakukan satu tindakan bedah khusus," kata van der Lugt. "Dalam penelitian ini mereka-mereka yang secara klinis menunjukkan gejala yang berkaitan dengan tampilan yang diberikan MRI danjurkan untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli." "Beberapa temuan yang diperoleh secara tak sengaja membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut," kata van der Lugt. "Kebanyakan tumor jinak memiliki rata-rata pertumbuhan yang lambat dan dapat dipantau dengan menggunakan tampilan MRI tahap berikut. Pemantauan itu umumnya dapat berlangsung hingga satu tahun dengan menggunakan MRI," ujarnya, seperti dikutip Reuters. Van der Lugt menyarankan bahwa rangkaian observasi merupakan hal yang penting untuk penelitian lebih lanjut. Seperti yang disarankannya, informasi lanjut yang diperoleh dari hasil tahapan pemantauan harus mencakup informasi yang membuka kemungkinan pendeteksi temuan secara tak sengaja kondisi otak dan si pasien yang bersangkutan haruslah siap menerima informasi akan kemungkinan adanya kelainan atau masalah pada otak. Ia menandaskan bahwa dari hasil rangkaian observasi kondisi otak tersebut akan dibaca oleh para ahli dan ditindak lajuti dengan penanganan berdasarkan hasil temuan melalui rangkaian pemeriksaan lanjut dengan cara MRI.

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007