Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan seluruh ulama dan tokoh agama perlu mengintrospeksi metode dakwah untuk menekan maraknya aliran sesat yang beredar di masyarakat. "Kyai harus kembali pada hikmah dakwah, jangan dengan kemarahan. Mari kita instropeksi. Di mana letak kesalahan dakwah kita dan kesalahan ajaran ini, dibahas dan kemudian diluruskan," katanya, di hadapan peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa. Wapres menambahkan seluruh komponen, terutama para ulama dan tokoh agama, diminta untuk tidak lari menyikapi maraknya aliran sesat yang beredar di masyarakat, apalagi aliran sesat itu lebih banyak beredar di kalangan mahasiswa yang menjadi harapan bangsa. "Untuk menyikapi aliran sesat ini kita tidak bisa menggunakan langkah-langkah kekerasan seperti lempar-lemparan, bakar-bakaran dan sebagainya. Polisi dan jaksa boleh mengambil tindakan formal, tetapi secara hati nurani tidak selesai. Kita harus introspeksi," kata Wapres. Sementara itu, Menteri Agama Maftuh Basyuni mengatakan pemerintah terus berupaya optimal untuk meyakinkan para penganut aliran sesat tersebut agar dapat diajak untuk kembali ke jalan yang benar. "Upaya kekerasan atau anarkis dalam menyikapi aliran sesat tidak akan menyesaikan masalah, malah akan menambah genting suasana. Toh sekarang sudah banyak tokoh aliran tersebut yang ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya," ujarnya. Tentang perlu tidaknya pengawasan terhadap dakwah di kampus, mengingat banyak mahasiswa yang menjadi "korban" aliran sesat, Maftuh mengemukakan, tidak perlu. "Kita tidak akan melakukan pengawasan. Hanya memberikan `guidence`. Kita tidak boleh berprasangka buruk kepada siapapun, kalau ada hal buruk yang muncul dari dakwah itu ya kita luruskan," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007