"Akhir tahun 2014 banyak BUMN yang bermasalah di mana 34 BUMN tercatat merugi. Sekarang, hampir semua BUMN keuangannya sehat. Ada yang belum, tapi masih dalam tahap proses penyehatan," kata Rini sebuah wawancara dengan salah satu media televisi nasional, di Jakarta, Senin.
Rini mengatakan, salah satu kesalahan dalam pengelolaan BUMN di masa lalu adalah direksi yang selalu menutup-tutupi berbagai persoalan.
"Ada masalah yang ditutup-tutupi di 'bawah karpet', diumpetin. Direksi-direksi BUMN di masa lalu cenderung berpikirnya senang-senang, dapat bonus, dan membiarkan persoalan diselesaikan oleh direksi yang berikutnya. Ini yang tidak bisa dibiarkan," tegasnya.
Untuk itu, Rini mengatakan dirinya memiliki tanggung jawab besar dan harus menghentikan persoalan-persoalan itu.
"Saya sadar betul persoalan di masa lalu itu tidak mungkin semua terselesaikan. Namun dalam 5 tahun ini kita sudah membenahi, dan siapapun yang meneruskan BUMN sudah jauh lebih baik," katanya.
Ia menambahkan, dalam empat tahun terakhir banyak melakukan efisiensi terutama di BUMN-BUMN besar.
"PLN sekarang sudah untung. Sebelumnya di masa lalu 34 proyek listrik mangkrak. Alhamdulilah, sekarang hampir semua bisa diselesaikan," ujarnya.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2018/06/tinjauan-persiapan-mudik-p9n4rj-hl.jpg)
Demikian juga dengan Krakatau Steel, saat ini sedang melakukan restrukturisasi usaha yang diharapkan sudah mendapatkan untung pada tahun 2019.
Baca juga: Rini Soemarno: BUMN tidak boleh ikut-ikut politik
Baca juga: Rini Soemarno: BUMN harus bersatu perkuat daya saing
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2019