Kediri (ANTARA News) - Sejumlah wartawan dari beberapa stasiun televisi swasta memprotes tindakan komersialisasi gambar letusan freatik yang terjadi di danau kawah Gunung Kelud. "Kami sudah menaati peraturan dengan tidak mendekat ke kawah untuk mengambil gambar, tetapi sebaliknya kami malah dipermainkan," kata kontributor SCTV, Budi Sutrisno, di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin siang. Sebelumnya Budi dan sembilan rekannya dari beberapa stasiun televisi datang ke Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud, di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, untuk mendapatkan gambar letusan freatik Gunung Kelud yang direkam petugas pengamatan dengan menggunakan kamera sirkuit (CCTV) yang dipasang di puncak Gunung Sumbing. Namun Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Kelud, Umar Rosadi, menyarankan para wartawan meminta langsung gambar tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Kediri karena di PPGA Margomulyo sudah tidak ada lagi. Lalu para wartawan menghubungi Kabag Humas Pemkab Kediri, Sigit Rahardjo, namun dijawab rekaman itu sudah menjadi milik Dinas Pariwisata. "Coba saja ke Dinas Pariwisata, karena gambar itu sudah dibawa ke sana," kata Bidang Penerangan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri. Lagi-lagi wartawan gagal mendapatkan gambar tersebut, karena pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri menyatakan gambar itu akan menjadi dokumentasi khusus. "Kami menduga gambar itu akan diperbanyak dan dijual kepada masyarakat. Kalau memang niatnya mau mengkomersilkan gambar itu, sekarang kami sanggup membeli berapapun harganya," kata kontributor RCTI, Khoirul Abadi, didukung beberapa wartawan lainnya. Menurut dia, tindakan pemerintah daerah itu bertentangan dengan larangan Satlak PB terhadap wartawan dan masyarakat agar tidak mendekat ke danau kawah hingga radius tiga kilometer karena letusan freatik Gunung Kelud masih berbahaya. Sebelumnya hampir setiap hari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan gambar visual aktifitas danau kawah Gunung Kelud yang terekam kamera sirkuit. Namun pemberian gambar itu belakangan diprotes Dinas Pariwisata yang merasa memiliki kamera sirkuit yang terpasang di puncak Gunung Sumbing sejak Gunung Kelud berstatus Waspada (Level II). PVMBG sendiri sebenarnya memiliki kamera sirkuit dengan resolusi tinggi, namun tidak dipergunakan lantaran pemasangannya didahului Dinas Pariwisata. Sementara itu, tiga hari setelah statusnya diturunkan dari Awas (Level IV) ke Siaga (Level III), di Gunung Kelud telah terjadi 11 kali letusan freatik dari danau kawah hingga Senin pagi yang mengarah ke utara dan barat. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2007