Bandung (ANTARA News) - Peningkatan daya saing produksi dalam negeri melalui industri berbasis klaster tepat digulirkan terutama untuk meredam maraknya produk China dan negara lain cukup deras mengalir ke pasaran dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir ini. "Sistem klaster sangat penting untuk dikembangkan, terutama untuk menangkal produk China yang saat ini hampir menguasai produksi dalam negeri," kata Mantan Menteri Perindustrian, Rahadi Ramelan di sela-sela talkshow "Gebyar Cluster Industri Jabar 2007" di Bandung, Rabu. Menurut Rahadi, sistem klaster akan mampu meningkatkan efisiensi, kualitas serta kuantitas produk dalam negeri. Lebih lanjut, Rahardi mengatakan, China cukup kreatif dan efisien dalam menghitung biaya produksi sehingga mampu membuat produk dengan kualitas cukup baik dan harga yang kompetitif dibanding para kompetitornya. "Dukungan pemerintahnya dalam pengembangan sebuah produk cukup besar. Hal ini pula yang harus ditempuh di Indonesia," kata Rahardi. Hasil penelitian oleh lembaga pemerintah diberikan cuma-cuma kepada industri untuk dikembangkan dalam bentuk produksi massal. Pemerintah, lanjut Rahardi, tidak pelit berbagi sehingga kesempatan mengembangkan usaha di kalangan masyarakat terbuka lebar yang didukung oleh akses permodalan yang optimal. "Perkembangan industri di China meningkat signifikan dan merambah hampir separuh pasaran produk di dunia," katanya. Selain Indonesia harus mengembangkan sistem klaster, kata Rahardi, dalam rangka meningkatkan daya saing dan penggunaan produk dalam negeri sudah saatnya industri kreatif dikembangkan. "Ekonomi mendatang adalah industri kreatif yang menuntut suatu produk menggunakan `emotional thinking`, meningkatkan image branding serta kejelian memilih pasar," katanya. Rahardi mengakui, pengembangan kreatif membutuhkan dana besar. Sayangnya di Indonesia tidak menyiapkan dana untuk mengembangkan usaha-usaha baru bidang kreatif. Padahal kecenderungan saat ini, usaha kreatif jauh lebih dihargai dan memiliki nilai ekonomis.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007