Denpasar (ANTARA News) - Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) diharapkan dapat menyampaikan informasi dan pengetahuan yang benar mengenai fenomena dan bencana kebumian secara tepat kepada masyarakat. Informasi itu sangat penting bagi masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana kebumian, khususnya gempa bumi dan tsunami, kata Ketua HAGI Abdul Mutalib Masdar di Nusa Dua, Bali, Kamis. Di sela-sela kegiatan Konvensi 2007 mengenai sumber energi campuran optimalisasi dari energi campuran untuk keamanan energi nasional, ia mengatakan, bencana kebumian seolah-olah tidak henti-hentinya menimpa berbagai daerah di Tanah Air. "Profesi sebagai ahli kebumian sebenarnya cukup dekat dengan fenomena alam, dengan dasar pengetahuan kebumian mampu melakukan prediksi terhadap kemungkinan terjadinya bencana," kata Abdul Mutalib. Ia menilai, kemajuan pengetahuan masyarakat mengenai fenomena dan bencana kebumian sebenarnya sudah cukup berarti, namun ekspektasi masyarakat awam dan pemerintah terhadap ahli kebumian terasa agak berlebihan. "Ketika ahli bicara potensi gempa di suatu daerah, sudah selalu disertai dengan pernyataan kehati-hatian, bahwa memang gempa belum bisa diramalkan dan tempat kejadian juga tak dapat diketahui secara tepat," kata Abdul Mutalib. Namun ketika gempa terjadi, tidak jarang ada pernyataan bahwa ahli kebumian kecolongan. Oleh sebab belakangan muncul konsep baru mengenai peringatan dini tsunami. Sebagai ahli kebumian sangat diharapkan untuk tetap secara terus-menerus menyampaikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam menghadapi gempa bumi yang lebih ditekankan adalah kesiapsiagaan dan kebijakan untuk hidup di daerah rawan bencana, tanpa mengurangi bobot pentingnya penelitian di bidang gempa bumi. Oleh sebab itu masyarakat dan pemerintah harus mulai dengan menerapkan perencanaan wilayah dan aturan bangunan secara ketat serta menyediakan insfrastruktur yang memadai, ujar Abdul Mutalib.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007