Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Muliaman D. Hadad, mengatakan bahwa masih terdapat hambatan dalam penyaluran kredit investasi berskala besar karena adanya persepsi yang masih memadai dari para bankir dan investor. "Penyaluran kredit investasi yang besar masih mengalami hambatan. Masih berlanjut pada 2008 terutama masalah persepsi dari para bankir dan investor. Persepsi tersebut muncul dari pemahaman individual sektoral," katanya dalam acara seminar nasional "Pertumbuhan di Tengah Gejolak Global" di Jakarta, Kamis. Untuk itu, ia mengemukakan, BI terus berupaya menjembatani perbedaan persepsi tersebut, dan melakukan pemberian informasi secara baik dan benar dengan mepertemukan antara perbankan dengan investor. "Dua bulan lalu, BI mempertemukan antara para bankir dan pengusaha industri gula, sebelumnya kita juga mengundang para bankir bertemu dengan para pengusaha sektor minyak dan gas," katanya. Sementara itu, ia mengatakan, saat ini penyaluran kredit terus membaik seiring dengan suku bunga perbankan yang terus menurun. Hal ini ditunjukan dengan rasio pinjaman atas tabungan (LDR/rasio penyaluran kredit dibandingkan jumlah tabungan di bank) yang mencapai 68,3 persen atau tertinggi pasca krisis. Sedangkan, selisih suku bunga kredit dan deposito, menurut dia semakin mengecil meski masih cukup tinggi yaitu enam persen. Untuk kredit bermasalah (NPL) terus mengalami penurunan. Per September kredit bermasalah bruto mencapai 5,35 persen dari 6,31 persen. Untuk netonya turun menjadi 2,6 persen menjadi 2,84 persen. Penurunan NPL tersebut terutama didukung karena adanya restrukturiasai utang dari Bank BUMN. Selain itu, ia juga menyatakan, perlunya pemberian informasi finansial (financial literacy) kepada para investor. "Hal ini diperlukan agar mereka tidak mudah goyah oleh rumor," ujarnya. Investor seringkali cepat goyah oleh adanya rumor karena tiadanya informasi yang memadai dalam meyakinkan mereka, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007