Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi turun tajam hingga mendekati level Rp9.400 per dolar AS, karena pelaku pasar khawatir kenaikan harga minyak mentah dunia terus berlanjut. Nilai tukar rupiah merosot tajam mencapai Rp9.380/9.390 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.288/9.315 per dolar AS atau melemah 92 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar memburu dolar AS karena dipicu kenaikan harga minyak mentah dunia yang berada di kisaran 95 dolar AS per barel. "Kondisi ini akan terus menekan rupiah hingga mencapai level Rp9.400 per dolar AS, katanya. Rupiah, menurut dia, kini sulit bangkit hingga di bawah level Rp9.200 per dolar AS karena sentimen negatif pasar dari eksternal cukup besar. Dikatakannya, semua negara akan kena dampak kenaikan harga minyak mentah dunia, meski ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk segera meningkatkan produksinya. Karena Indonesia saat ini memiliki 150 sumur minyak, namun yang baru dapat dimanfaatkan hanya sekitar 58 sumur, sedangkan sisanya 92 sumur lagi masih belum melakukan aktifitasnya, katanya. Rupiah, lanjut dia, kemungkinan mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI) yang akan masuk pasar, jika rupiah menembus level Rp9.400 per dolar AS. BI saat ini memiliki cadangan devisa yang cukup besar untuk mengantisipasi tekanan pasar dari kenaikan harga minyak mentah itu, ucapnya. Merosotnya rupiah, menurut dia, juga akibat tekanan melemahnya pasar regional karena merosotnya bursa wall street dan membaiknya dolar AS. Dolar AS terhadap yen naik menjadi 109,75 dari sebelumnya 109,60 dan euro terhadap yen menjadi 161,00 dari 160,675, sedangkan euro terhadap dolar AS jadi 1,4665 dari 1,4753. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007