Jakarta (ANTARA News) - PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menunggu kejelasan pasokan gas dari Kilang LNG Arun, Aceh yang ditargetkan sudah mengalir mulai 1 Januari 2008. Dirut PIM Mashudianto di Jakarta, Rabu, mengungkapkan harapannya agar semua pihak mengikuti hasil keputusan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Bidang Perekonomian tertanggal 12 April 2006. "Pemerintah harus menyelamatkan industri dalam negeri," katanya. Hal itu dikatakannya menanggapi surat Wakil Dirut Pertamina Iin Arifin Takhyan ke Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) tertanggal 25 Oktober 2007. Dalam dokumen surat yang diperoleh wartawan tersebut disebutkan, pembeli dari Jepang wilayah timur (Tohoku Electric dan Tokyo Electric) serta Korea Gas (Kogas) keberatan mengurangi volume pembelian gas alam cair (LNG) dari Kilang Arun antara tahun 2008-2009 untuk memenuhi kebutuhan PIM. Alasan yang disebutkan dalam surat tersebut, karena permintaan gas masih tinggi dan bahkan pembeli masih mencari LNG tambahan, sehingga pembeli meminta Pertamina tetap mensuplai LNG sesuai kontrak. Padahal, hasil Rakortas pada 12 April 2006 menyebutkan, sebagai upaya mengatasi kekurangan pasokan gas, maka dalam jangka menengah (2008-2009), PIM akan mendapat pasokan gas melalui pengurangan ekspor LNG dari Kilang Arun kepada pembeli di Jepang. Menurut Mashudianto, sejak 7 Oktober 2007, PIM yang memiliki dua unit pabrik dengan 1.200 tenaga kerja terpaksa berhenti. Kebutuhan gas untuk dua unit pabrik PIM dengan tingkat produksi 1,14 juta ton urea itu mencapai 110 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Ia menginginkan, harga gas Kilang Arun sesuai standar ke industri pupuk yang kini antara 3,5-4 dolar AS per MMBTU.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007