Beijing (ANTARA News) - Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, pada hari Senin di Beijing mengatakan bahwa dirinya menentang serangkaian rencana referendum di Taiwan mengenai keanggotaan negara pulau itu di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mungkin merupakan langkah pertama menuju kemerdekaan sepenuhnya dari China. Sarkozy, yang sedang melakukan kunjungan resmi ke China, mengatakan bahwa Prancis mendukung kebijakan Satu China, yang mempertahankan tanah daratan itu dan Taiwan adalah satu negara kendatipun tindakan-tindakan Presiden Taiwan Chen Shui Bian yang pro kemerdekaan. "Setiap prakarsa sepihak adalah tidak efektif dan tidak tepat, terutama rencana-rencana bagi satu referendum di Taiwan," kata pemimpin Prancis itu dalam perundingan-perundingan dengan Presiden Hu Jintao. Penentangan dari sekutu Amerika Serikat (AS)nya dan China, Chen tampaknya tetap bertekad akan meneruskan referendum bagi keanggotaan PBB pulau itu. Partai Progresif Demokratik (DPP) yang dipimpin Chen mendorong pemungutan suara yang kontroversial itu diselenggarakan bersama dengan pemilihan presiden 22 Maret. Washington mengecam keras langkah itu dengan Deputi Menlu John Negroponte, Agustus lalu mengatakan tindakan itu dapat dianggap satu langkah menuju pada pengumuman kemerdekaan penuh. Taiwan yang memakai nama resminya Republik China, kehilangan keanggotaan PBBnya dan diambil alih China tahun 1971. Usaha-usaha dalam 14 tahun belakangan ini untuk kembali bergabung dalam badan dunia itu dengan memakai nama "Taiwan" berulangkali dihambat Beijing yang menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya menunggu reunifikasi. Kedua pihak pecah pada akhir perang saudara tahun 1949. Pada saat ketegangan meningkat dalam bulan-bulan belakangan ini, Beijing, September menyebut Chen seorang "pengkhianat pada negara itu" karena usaha-usahanya yang pro kemerdekaan. China sebelumnya mengancam akan menyerbu pulau itu jika Taiwan secara resmi mengumumkan kemerdekaan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007