Baghdad (ANTARA News) - Sejumlah pria bersenjata di Baghdad membunuh 11 anggota keluarga seorang wartawan Irak yang bermukim di Baghdad, dan kesehariannya mempublikasikan beritanya melalui Internet, kata wartawan Dia al Kawwaz kepada AFP melalui telepnn dari Amman, Jordania, Senin. "Empat pria bersenjata memasuki rumah keluarga saya di daerah Shab. Dua dari saudara-saudara perempuan saya, suami-suami mereka dan tujuh anak-anak berusia antara lima dan 10 tahun dibunuh kemarin (Minggu) pagi," kata Kawwaz. Ia menuduh milisi Syiah melakukan pembunuhan itu, dan mengatakan bahwa mereka "menyerbu rumah tersebut ketika keluarga itu sedang santap pagi." Kawwazz, yang tingal di Jerman selama 20 tahun belakangan ini, mengoperasikan situs Internet bernama Akhbar al Irak (Jaringan Berita Irak). "Dulu saya dituduh pro-Amerika Serikat (AS), jadi saya lari ke Jerman, dan kini saya dituduh pro-Saddam," kata Kawwaz, yang keturunan Syiah. Menurut berita di situs itu, yang dikenal karena sikap kerasnya terhadap pendudukan militer AS atas Irak, sekelompok pria bersenjata membom rumah itu setelah membunuh para anggota keluarganya. Kelompok pria bersenjata berat itu mulai menembaki secara serampangan. "Mereka membunuh semua anggota keluarga dan kemudian membom rumah itu," kata laporan tersebut. Berita itu menyatakan bahwa insiden tersebut terjadi kendati pun ada polisi di satu pos pemeriksaan terdekat. "Pria-pria bersenjata itu datang dengan menggunakan kendaraan yang tidak memiliki nomor polisi," kata situs itu. Insiden terbaru yang menyangkut seorang wartawan terjadi seminggu setelah penculikan seorang wartawan saluran televisi satelit Al Baghdadiyah Irak, Muntadhar al Zaidi (28), yang kemudian dibebaskan tiga hari setelah diculik. Wartawan sering jadi sasaran pihak milisi di Irak dan beberapa orang dibebaskan jika diculik. Sebagian besar mayat mereka ditemukan di tempat pembuangan sampah beberapa hari setelah mereka hilang. Pengawas media yang berpusat di Paris Wartawan Tanpa Perbatasan, mengatakan paling tidak 206 wartawan, teknisi atau asisten dibunuh sejak invasi pimpinan AS atas Irak Maret 2003, 46 dari mereka sejak awal tahun ini. Sebagian besar mereka adalah warga Irak yang dibunuh oleh kelompok perlawanan atau milisi yang marah akibat liputan mereka atau secara ideologi menentang para pemimpin mereka. Sedangkan lainnya terperangkap dalam baku tembak. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007