Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali menegaskan komitmennya untuk memperketat pengawasan atas pengelolaan hutan dan memburu para pelaku pembalakan kayu liar. Hal itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono dalam pidato saat mencanangkan aksi penanaman serentak pohon Indonesia di Desa Cibadak, Bogor, Jawa Barat, Rabu "Saya minta Menteri Kehutanan mulai sekarang yang ketat mengontrol pengerjaan hutan termasuk HTI, tidak usah lihat ke belakang. Mari sekarang kita perbaiki," ujarnya. Kepala Negara mengatakan bahwa para pelaku pembalakan liar adalah musuh bersama karena telah membuat negeri ini celaka sehingga harus dicari otak di balik semua peristiwa itu. "Kita cari siapa penyandang dananya, rakyat di sekitar situ mungkin tidak tahu, berikan lapangan pekerjaan yang lain, sehingga mereka tidak menebang pohon," ujarnya. Para pelaku pembalakan liar, lanjut Presiden, hidup mewah di tengah-tengah banjir bandang, longsor, sulit air dan sulit pangan. "Kita cari siapa yang bertanggungjawab itu jangan rakyat jadi korban," tegasnya. Presiden berharap semua pihak mendukung upaya itu. "Karena kelalaian dulu, pesta di hutan, lupa mencuci piring, sekarang kita cuci bersama-sama," ujarnya. Kepala Negara mengimbau, agar rakyat memilih wakilnya yang peduli lingkungan. Sementara itu dalam aksi penanaman 79 juta pohon yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia dalam rangka menyongsong Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali, Desember mendatang, Presiden Yudhoyono menanam pohon puspa di Desa Cibadak yang merupakan daerah aliran sungai cideat. Seusai melakukan penanaman pohon, Kepala Negara melakukan dialog dengan warga desa Sirnagalih, Bogor mengenai berbagai macam kesulitan yang dihadapi mereka. Warga desa yang memadati balai desa setempat mengeluhkan mengenai sulitnya air irigasi dan harga pupuk yang tinggi. Presiden selain berjanji meminta menteri terkait menangani hal itu juga memberikan bantuan senilai Rp150 juta kepada koperasi desa, Rp100 juta modal koperasi sedangkan sisanya untuk simpan pinjam. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007