Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperoleh pembiyaan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara untuk pendanaan rupiah maupun valuta asing. "PLN memperoleh pendanaan untuk pembangunan PLTU batu bara," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Depkeu, Anggito Abimanyu. Anggito menyatakan hal itu dalam jumpa pers bersama Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto dan Direktur Keuangan PLN Parno Isworo. "Ini sudah disetujui oleh Menteri Keuangan," kata Anggito. Sementara itu Parno menjelaskan, sebagai tindak lanjut dari proses tender internasional, PLN menunjuk beberapa bank sebagai coordinating arrangers untuk 3 proyek PLTU batu bara di Jawa. "Ketiga proyek ini merupakan bagian dari program percepatan pembangkit batu bara 10.000 MW," katanya. Pendanaan dari perbankan merupakan kelanjutan dari penerbitan obligasi internasional PLN sebesar 2 miliar dolar AS pada 2006 dan 2007. Tiga bank lokal yaitu BCA, BNI, dan Bank Mandiri ditunjuk secara terpisah sebagai pemimpin persiapan porsi pinjaman dalam rupiah untuk proyek Labuhan (2x315mw), Indramayu (3x330 mw), dan Rembang (2x315 mw). Sementara dua konsorsium bank internasional yaitu Bank of China dan Barclays juga ditunjuk secara terpisah mempersiapkan porsi pinjaman dolar AS masing-masing untuk proyek Indramayu dan Rembang. Sedangkan penunjukan coordinating arrenger dolar AS di proyek Labuhan dilakukan pekan depan. "Total kebutuhan pinjaman rupiah untuk ketiga proyek mencapai Rp4,4 triliun, sementara pinjaman dolar AS adalah 1,1 miliar dolar AS," katanya. PLN akan menjadi debitur langsung pinjaman berjangka waktu 10 tahun untuk rupiah dan 12 tahun atau lebih untuk dolar AS. "Meski PLN menjadi debitur langsung, tapi Departemen Keuangan memberi jaminan penuh pemerintah untuk mendukung kewajiban PLN dalam pinjaman ini," kata Parno. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007