Bandarlampung (ANTARA News) - Para wartawan, polisi, jaksa, guru, dan kelompok agama serta wakil organisasi perempuan di Kota Bandarlampung, selama tiga hari sejak Rabu (28/11) hingga Jumat (30/11), melakukan pengkajian intensif praktik aborsi yang masih menimbulkan kontroversi padahal berkecenderungan terus dilakukan di tengah masyarakat. Kajian itu dilakukan dalam Lokakarya (Workshop) "Memahami Aborsi sebagai Realitas Sosial melalui Peliputan, Penulisan, Penyidikan, dan Peradilan Kasus Aborsi yang Komprehensif untuk wartwan, polisi, jaksa, hakim, pengacara, pemuka agama dan aktivis LSM" di Hotel Sahid Bandarlampung yang dilaksanakan LSM InfoKespro Jakarta. Direktur Eksekutif LSM InfoKespro, Syaiful W Harahap menyatakan, istilah aborsi di Indonesia bukanlah hal baru, namun praktik aborsi masih terus menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat, justru ketika korban praktik itu terus saja berjatuhan akibat melakukan aborsi yang tidak aman. "Kontroversi itu terus terjadi karena sebagian orang berpendapat aborsi sama dengan membunuh manusia," kata mantan wartawan itu lagi. Secara medis, aborsi adalah penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Aborsi merupakan jalan keluar untuk menyelamatkan kematian ibu hamil, membuang aib akibat tindak perkosaan, atau untuk beragam alasan lain yang dilandaskan pada faktor medis, sosial, psikologis, dan ekonomis. Pada tahun 2000, angka aborsi di Indonesia mencapai dua juta, 750 ribu di antaranya dilakukan para remaja puteri (Data BKKBN). Menurut data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), tahun 2000 itu, terdapat jumlah aborsi yang mencapai 2,3 juta, tahun 2001 meningkat menjadi 2,5 juta kasus. Angka aborsi di Indonesia itu lebih besar dari aborsi di Amerika Serikat, sehingga diperkirakan aborsi tidak berkaitan langsung dengan "legalisasi" tindakan tersebut. Kemudian di AS, sekitar lima juta perempuan yang hamil setiap tahun, 1,2 juta di antaranya (25 persen) mengakhiri kehamilan itu dengan aborsi. Menurut dr Boy Zaghlul Zaini, dokter pemerhati kesehatan reproduksi di Lampung, kontroversi praktik aborsi di Indonesia termasuk Lampung, sebenarnya berkaitan dengan praktik aborsi yang "tidak aman" dan mengakibatkan kasus kematian ibunya yang mencuat di tengah masyarakat. "Persoalan sebenarnya adalah praktik aborsi yang tidak aman atau bermasalah itu, kalau aman tentu tidak akan menjadi sorotan masyarakat," kata Boy pula.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007