Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 25 Menteri Perdagangan dan Wakil Menteri Perdagangan dunia akan membahas kebijakan perdagangan dan investasi terkait isu perubahan iklim dan pembangunan yang berkelanjutan. Dialog informal yang digelar paralel dengan Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC) itu akan berlangsung dua hari yaitu antara 8-9 Desember 2007 di Jimbaran intercontinental Hotel, Bali. "Ini forum dialog informal bukan negosiasi," ujar Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Jumat. Mendag menjelaskan diskusi informal itu diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi tentang mekanisme dan instrumen yang saling mendukung antara perdagangan, perubahan iklim dan pembangunan yang berkesinambungan khususnya bagi negara-negara berkembang. Mendag mencontohkan pembahasan akan berkisar mengenai pengurangan efek gas rumah kaca dengan mendorong perdagangan produk ramah lingkungan dan penggunaan teknologi ramah lingkungan. "Caranya bisa dengan pemberian insentif berupa keringanan Bea Masuk (BM) atau insentif lainnya," tambah Mendag. Isu lainnya yang akan muncul adalah mengenai standar produk yang ramah lingkungan (green product). "Kalau mau ada standar internasional tentang `green product`, jangan sampai jadi instrumen proteksionisme," kata Mendag. Menurut Mendag, standar harus transparan, ada kesepakatan minimum standar dan harus ada pembangunan kapasitas, tenggang waktu penerapan serta bantuan bagi negara berkembang. Mendag mencontohkan standar produk ramah lingkungan untuk komoditi berbasis kayu yang diterapkan Jepang dan Amerika Serikat (AS) bisa menimbulkan hambatan perdagangan. Meski pertemuan tersebut bersifat informal, namun kesimpulan diskusi akan disampaikan sebagai masukan dalam UNFCCC. Menteri Perdagangan yang akan hadir antara lain dari Australia, Brazil, India, AS, Korea, Singapura, Selandia Baru, Swedia, Belanda, Portugal dan Finlandia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007