Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengharapkan adanya upaya untuk menurunkan tarif angkutan udara yang sudah memberikan kontribusi kepada laju inflasi nasional sejak November 2018.

"Mudah-mudahan ada kebijakan yang dapat menurunkan harga tiket pesawat karena pasti akan melonjak pada puasa dan lebaran," ujar Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Suhariyanto mengatakan tarif angkutan udara memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di April 2018.

Tarif angkutan udara ini menyumbang inflasi di 39 kota dengan kenaikan harga tertinggi terjadi antara lain di Banjarmasin sebesar 23 persen dan Surakarta sebesar 16 persen.

"Kenaikan harga ini masih menjadi PR bersama," ujar Suhariyanto. Ia menambahkan kenaikan tarif angkutan udara ini hampir sebesar 11 persen dibandingkan periode April tahun 2018, sehingga perlu adanya kebijakan untuk menahan pergerakan harga pesawat agar tidak terlalu tinggi.

Selain itu, menurut Suhariyanto, tingginya tarif angkutan udara bisa berdampak kepada sektor pariwisata karena bisa menurunkan kunjungan wisatawan dalam negeri.

BPS mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Januari-Maret 2019 mengalami penurunan 17,66 persen, atau dari 22,2 juta orang dari periode sama tahun lalu, menjadi 18,3 juta orang.

Penurunan itu antara lain terlihat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, dari sebelumnya 5,38 juta orang menjadi 4,31 juta orang atau turun 19,71 persen, dan Bandara Ngurah Rai Denpasar, dari sebelumnya 1,27 juta orang menjadi 1,15 juta orang atau turun 9,6 persen.

Baca juga: BPS: Tarif angkutan udara picu inflasi April 0,44 persen
Baca juga: BPS: Inflasi April 2019 sebesar 0,44 persen

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2019