PBB (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB, Kamis waktu setempat (Jumat WIB)  menyerukan gencatan senjata segera di Gaza yang diharapkan oleh negara-negara Arab dapat mengakhiri serangan 13 hari Israel, tetapi AS  dengan tidak diduga abstain dalam pemungutan suara itu.
   
Sebuah resolusi yang dirancang dalam  tiga hari tawar menawar antara  negara-negara Barat dan Arab  "menekankan perlunya gencatan senjata segera, menarik seluruh pasukan Israel dari Gaza."
    
Resolusi itu juga menyerukan pengaturan-pengaturan di Gaza untuk mencegah penyelundupan senjata  ke para pejuang Palestina dan membuka kembali tempat-tempat penyeberangan  perbatasan, dan distribusi tanpa rintangan  bantuan di wilayah itu, di mana lebih dari 750 warga Palestina  tewas.
    
Beberapa pejabat Arab kuatir abstainnya AS  dapat melemahkan  tekanan terhadap Israel  untuk mentaati resolusi itu.
     
Para diplomat mengatakan  Menlu AS Condoleezza Rice, yang beberapa beberapa  kali dalam hari itu berbicara  dengan PM Israel Ehud Olmert, berbicara melalui telepon dengan Presiden AS George W.Bush  persis sebelum pemungutan suara itu dilakukan.
     
Rice mengemukakan kepada Dewan Keamanan bahwa Washington  mendukung resolusi itu dan abstain hanya karena pihaknya ingin "melihat hasil-hasil dari usaha-usaha penengahan Mesir untuk melihat apakah resolusi itu mendapat dukungan. Dia  mengacu pada satu rencana  yang diumumkan pekan ini oleh Presiden Mesir Hosni Mubarak .
     
Dengan tidak mendukung resolusi itu, AS  dianggap berpihak pada sekutu dekatnya  Israel, yang menyerang Gaza 27 Desember dalam usaha menghentikan serangan roket oleh para pejuang Palestina terhadap Israel selatan.
     
Negara-negara Arab, banyak menghadapi sentimen kuat anti Israel  di dalam negeri, menegaskan  Dewan Keamanan harus mengeluarkan sebuah resolusi yang mengikat yang akan memaksa Israel mengakhiri segera serangan militernya di Jalur Gaza.
     
Israel menentang gagasan satu resolusi PBB yang mengikat. Dubes negara Yahudi itu untuk PBB , Gabriela Shalev membuat satu pernyataan  mengacu pada gagasan itu  dalam pidato singkatnya  di Dewan Keamanan bahwa tindakan negaranya untuk melancarkan serangan di Gaza sebagai pembelaan diri.
     
AS sebelumnya mendukung Israel dalam menentang satu resolusi  tetapi para diplomat mengatakan negara itu kemudian mencabut keberatannya  dan menyetujui  dengan teks kata-kata yang hati-hati.
     
Rice, Menlu Inggris  David Miliband  dan Menlu Prancis  Bernard Kouchner  memperpanjang keberadaan mereka di New York untuk berunding dengan para menlu Arab  di PBB  mengenai satu naskah kompromi.
     
Miliband mengemukakan kepada Dewan Keamanan  bahwa resolusi itu, yang dirancang sebagian besar oleh Inggris  menunjukkan "satu konsensus ikhlas tentang tujuan-tujuan yang jelas".
      
Menlu Palestina Riad al Malki mengatakan " Israel, negara penjajah , harus melaksanakan segera  resolusi ini," tetapi  kemudian mengemukakan kepada wartawan  ia kuatir  negara itu tidak akan melaksanakannya.
      
Para diplomat Arab dan Barat berbeda pendapat  menyangkut apakah resolusi itu menetapkan satu syarat hukum terhadap Israel untuk mengakhiri ofensifnya.
      
Para diplomat Barat mengatakan sejumlah negara Arab menginginkan  sebuah resolusi disetujui sebelum sholat Jumat, untuk menghindari kemungkinan kecaman dari para jamaah, demikian Reuters. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009