Jakarta (ANTARA News) - Kamboja berharap sektor perdagangan ekspor-impor dengan Indonesia terus berkembang, dan menawarkan peluang investasi kepada para pengusaha Indonesia dengan sejumlah insentif yang menggiurkan. "Kami ingin kerja sama bisnis dengan pengusaha Indonesia terus ditingkatkan dan dikembangkan," kata Presiden Chamber of Professional and Micro Enterprises of Cambodia (CPMEC), Son Koun Thor saat berkunjung ke Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) di Jakarta, Senin. Son menjelaskan, bagi para pengusaha Indonesia yang ingin menanamkan modalnya di negara tetangga sesama anggota ASEAN itu, akan memperoleh sejumlah insentif seperti keringanan pajak serta bisa memanfaatkan fasilitas bebas pajak yang diterima Kamboja dari sejumlah negara seperti China dan lainnya. Kamboja saat ini mendapatkan fasilitas seperti bebas pajak untuk sejumlah produk dari sejumlah negara, tapi belum bisa dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan belum memenuhi kriteria yang ditetapkan negara pemberi fasilitas tersebut. "Untuk itu, kami berharap ada suatu perusahaan (joint venture) antara Indonesia dengan Kamboja untuk memanfaatkan peluang tersebut," katanya dengan menjelaskan bahwa delegasi yang dipimpinnya ini telah mendapatkan restu dari Perdana Menteri Hun Sen. Delegasi Kamboja yang berjumlah 12 orang ini juga tertarik untuk mengembangkan kerja sama di bidang pariwisata, kerajinan tangan, pertanian, jasa konstruksi dan masih banyak lainnya. Dia mengatakan, Kamboja punya hubungan yang cukup baik dengan Indonesia dan sejumlah kerja sama telah dilaksanakan antar kedua belah pihak. Beberapa perusahaan Indonesia juga telah menanamkan modalnya di Kamboja. "Indonesia banyak jasanya pada pembangunan di Kamboja dan kami percaya di masa depan akan terus terpelihara dan kian dikembangkan. Indonesia adalah saudara bagi kami," paparnya dengan menambahkan bahwa saat ini sedang diupayakan agar ada penerbangan langsung dari Kamboja ke Indonesia. Selama di Indonesia, delegasi ini ingin bertemu dengan Kadin Solo dan pihak Pertamina. Khusus dengan Pertamina, kata Son, pihaknya akan berguru ke Pertamina karena perusahaan minyak Indonesia telah berpengalaman di bidangnya. "Kamboja punya minyak tapi belum dapat hasilnya. Jadi kami ingin ketemu dengan Pertamina, yang sekiranya dapat membantu perkembangan sektor perminyakan kami," katanya. Kepala Pusat Pengembangan Pasar Wilayah Asia, Australia dan Selandia Baru BPEN, Lili Suliani Haryati mengharapkan para pengusaha Indonesia dapat menarik peluang yang ditawarkan oleh pihak Kamboja, baik di sektor perdagangan, jasa maupun penanaman modal. Menurut dia, ajakan pihak Kamboja bisa dipergunakan untuk meraih peluang lebih besar lagi di negara tersebut mengingat sampai saat ini masih sedikit produk ekspor Indonesia yang masuk ke Kamboja. Begitu pula sebaliknya masih minimnya produk dari Kamboja yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Selain itu, lanjut Lili, Kamboja -- dengan GDP perkapitanya tahun 2006 sebesar 2.600 dolar -- bisa dimanfaatkan sebagai upaya batu loncatan meraih pasar di negara-negara tetangganya serta ke negara yang telah memberikan fasilitas kepada negara yang beribukota Phnom Penh ini. "Dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh (lebih dekat ketimbang Jakarta-Papua) dan sedikit perbedaan waktu antar kedua negara, tentunya hal itu merupakan hal yang menguntungkan untuk berbisnis," katanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor non migas Indonesia pada 2006 tercatat 103,648 juta dolar AS atau naik 10,34 persen dibanding tahun 2005 yang sekitar 93,94 juta dolar AS. Sedangkan impor produk non migas dari Kamboja pada tahun 2006 sebesar 1,06 juta atau meningkat 44,05 persen dibandingkan tahun 2005 senilai 732,6 ribu dolar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke Kamboja yaitu rokok, bahan tekstil, kertas dan produk kertas, produk kebutuhan rumah tangga, bahan bangunan dan produk benang. Sedangkan impornya antara lain pakaian dan kulit hewan. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007