Nusa Dua, Denpasar (ANTARA News) - Laporan terbaru Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEP) menegaskan kembali desakan kepada dunia melakukan tindakan adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi adalah upaya yang sangat penting, sama pentingnya dengan usaha mitigasi, kata Neil Leary salah satu peneliti yang menyusun laporan UNEP. "Dengan menyegerakan langkah adaptasi, banyak keuntungan yang bisa diraih, salah satunya menekan beban biaya yang lebih besar lagi bila adaptasi terlambat dilakukan," kata Neil dalam jumpa pers yang digelar dalam ajang Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), di Nusa Dua, Bali, Selasa. Laporan UNEP itu sendiri terdiri mengkaji dampak dan adaptasi terhadap berubahnya iklim global. Terdiri atas 24 kajian yang melibatkan lebih dari 350 peneliti dan para pemegang kebijakan di 50 negara berkembang serta 12 negara maju. "Kajian lima tahun ini mendapati bahwa komunitas dan negara-negara yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim masih belum siap menghadapi fenomena ini," kata Neil memaparkan bentuk ekonomi yang akan terimbas iklim di negara-negara berkembang. Khusus yang menyangkut kepentingan Indonesia, laporan UNEP ini mencermati dampak kenaikan muka air laut terhadap komunitas nelayan yang berada di pesisir pantai. Sebagai negara yang memiliki garis pantai sekitar 81.000 km, Indonesia sangat rentan terhadap kenaikan muka air laut sebab ribuan orang menggantungkan mata pencahariannya dari sektor perikanan dan minyak lepas pantai. Neil menjelaskan bahwa langkah adaptasi yang dibutuhkan oleh dunia sekarang ini juga melibatkan perbaikan sumber daya alam (SDA) yang telah banyak rusak akibat aktifitas ekonomi. Di banyak negara berkembang, kata Neil, SDA kerap terdegradasi, dan hal ini mempercepat laju perubahan iklim.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007