Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan kondisi perekonomian saat ini jauh lebih baik dari kondisi tahun 1997 saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi seperti stabilitas makroekonomi yang terjaga, surplus transaksi berjalan, cadangan devisa yang tinggi, sistem nilai tukar yang mengambang, kondisi fiskal yang sehat dan kondisi perbankan yang relatih lebih baik. "Stabilitas makro ekonomi Indonesia saat ini terjaga dengan baik," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono di Jakarta, Selasa ketika dimintai tanggapan mengenai pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyebutkan Indonesia akan segera pulih dari krisis ekonomi. Dikatakannya, optimisme yang disampaikan Presiden itu perlu disikapi dengan baik untuk terus mengupayakan agar perekonomian nasional mampu menghadapi tantangan yang ada saat ini, seperti ketidakpastian ekonomi global akibat tingginya harga minyak dunia dan dampak dari kasus `subprime mortgage`. Dijelaskannya, berbagai indikator makro ekonomi saat ini lebih baik dibanding masa krisis dahulu, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi yang semakin rendah, transaksi berjalan yang surplus dan cadangan devisa yang bertambah signifikan dari 20 miliar dolar AS pada tahun 1997 menjadi 54 miliar dolar AS pada Oktober 2007. Berbagai indikator perbankan juga menunjukkan banyak kemajuan, seperti permodalan yang semakin mantap dengan CAR yang mencapai 20,29 persen dibanding hanya 9 persen pada tahun 1997. "Kualitas kredit jauh lebih baik dengan rasio kredit bermasalah yang lebih rendah. Selain itu pembangunan infrastruktur perbankan menunjukkan banyak kemajuan seperti adanya jaring pengaman sektor keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sistem pembayaran RTGS, dan Good Corporate Governance (GCG)," katanya. Namun, kondisi ini harus terus dijaga dan diperkuat dengan berbagai langkah antara lain yang terpenting adalah melakukan pendalaman sektor finansial. "Ketidakpastian kondisi eksternal yang semakin buruk ini masih bisa menggoyang ekonomi kita, meski perbaikan sudah dan terus dilakukan, sehingga reformasi struktural yang masih kurang harus dilakukan seperti dengan pendalaman sektor finansial," katanya. Dijelaskannya, pendalaman sektor finansial harus segera dilakukan dalam jangka menengah ini mengingat pembiayaan ekonomi nasional masih sangat tergantung pada perbankan, sementara pembiayaan dari sektor pasar modal masih sedikit karena terbatasnya instrumen keuangan dan saham. "Harus ada keseimbangan sumber pembiayaan antara perbankan dan capital market sehingga sektor riil lebih mudah untuk mencari pembiayaan jangka panjang. Ini tugas BI dan Pemerintah untuk memperluas produk-produk sektor keuangan dan saham seperti membuat obligasi pemerintah dan swasta lebih likuid," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007