Nusa Dua (ANTARA News) - Fenomena berubahnya iklim global akibat selimut raksasa gas rumah kaca di atmosfer mengancam kelangsungan negara-negara kecil kepulauan di Pasifik, yang daratannya rata-rata hanya empat meter di atas permukaan laut (mdpl). "Perubahan iklim adalah masalah yang sangat serius buat negara kepulauan di Samudera Pasifik dan Hindia," kata Arieta Moceica dari Greenpeace kawasan Pasifik, di sela-sela Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa perubahan iklim yang kian tak terkendali, hanya akan menenggelamkan negara kepulauan dalam waktu singkat. "Bila perubahan iklim mengakibatkan kenaikan muka air laut rata-rata satu meter, itu berarti nyaris separuh daratan negara-negara kepulauan kecil Pasifik dan Hindia akan tenggelam," katanya mengungkapkan. Memang saat ini perubahan iklim belum dipandang sangat serius oleh negara-negara besar dan maju di Eropa atau belahan lain di dunia, tapi buat negara pulau kecil Pasifik, perubahan iklim harus segera dihentikan sebelum semuanya terlambat dan tenggelam. "Itu sebabnya, kami berharap pertemuan di Bali ini bisa menjadi salah satu langkah nyata untuk melindungi negara-negara kepulauan di Pasifik," kata Arieta, "Kami menyerukan `Selamatkan Jiwa Kami!/SOS!`." Ia mengingatkan bahwa penduduk di negara pulau kecil Pasifik adalah juga manusia, yang mereka bisa terancam tenggelam akibat kenaikan air laut, dampak perubahan iklim. "Ribuan bahkan jutaan manusia akan mati di sana, dan mereka sama manusianya dengan kita semua," katanya menambahkan. Dalam konferensi yang dihadiri oleh sekitar 10.000 peserta ini, negara-negara kepulauan yang sangat rentan tenggelam akibat berubahnya iklim tergabung dalam AOSIS - "Alliance of Small Island States". Mereka mengadakan pertemuan internal sesama negara kecil kepulauan dan juga menyampaikan suara serta desakannya kepada semua negara, agar melakukan tindakan konkrit dan segera supaya perubahan iklim tidak melenyapkan negerinya. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2007