Tel Aviv (ANTARA News) - Israel tidak mengesampingkan serangan militer terhadap Iran berkaitan dengan program nuklir kontroversial negara itu, kata Deputi Menteri Pertahanan Israel, Matan Vilnai, dalam wawancara dengan radio militer Israel. Vilnai mengatakan, semua cara tekanan diplomatik perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa Iran tidak berusaha memperoleh senjata nuklir. Namun, ketika ditanya apakah ia bisa membayangkan serangan Israel terhadap Iran, Vilnai menjawab, "Semua pilihan tidak dikesampingkan." Pekan ini, Israel menolak laporan intelijen Amerika Serikat (AS) yang memastikan bahwa Iran telah menghentikan program senjata atomnya pada 2003 dan tidak memulainya lagi sejak itu. Selama wawancara itu, Vilnai menggambarkan Iran sebagai "musuh terbesar" Israel. Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, berulang kali menyerukan pembasmian negara Israel. Mengenai masalah nuklir Iran, Ahmadinejad menyatakan awal pekan ini, masalah program nuklir kontroversial Teheran telah "ditutup" dan negaranya siap menghadapi kemungkinan terakhir. "Masalah nuklir kini telah ditutup. Kami tidak merasa terancam sama sekali dan kami siap menghadapi segala kemungkinan terakhir atau kondisi-kondisi," kata Ahmadinejad kepada wartawan melalui seorang penterjemah selama pertemuan puncak tahunan para pemimpin Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Doha, ibukota Qatar. Negara-negara Barat, klhususnya AS, menuduh Iran menggunakan program pengayaan uraniumnya sebagai selubung untuk membuat senjata atom. Teheran membantah keras tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil. Meski intelijen Amerika mengkonfirmasi Iran telah menghentikan nuklirnya, Presiden AS George W. Bush juga masih menganggap Iran sebagai "ancaman bagi perdamaian" karena negara itu bisa memulai lagi program senjata nuklir rahasia. Bush mendesak negara-negara besar lain mengakui bahwa Iran masih berbahaya karena keahlian yang diperoleh Teheran dari pengayaan uranium bisa digunakan setiap saat untuk program pembuatan senjata, demikian laporan DPA. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007