Jakarta (ANTARA News) - Ekspor Indonesia ke Thailand dalam dua hingga empat tahun mendatang berpotensi naik hingga 500 persen, setelah penghapusan tarif Bea Masuk (BM) tujuh sektor barang antar negara ASEAN. "Itu hanya perkiraan berdasarkan dampak penurunan BM saja, belum mempertimbangkan hal lainnya," kata Direktur Kerjasama ASEAN, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan, Iman Pambagyo, di Jakarta, Senin. Integrasi tujuh sektor prioritas dalam pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) dinilai akan menguntungkan Indonesia jika pengusaha dapat meraih peluang yang terbuka itu. Berdasarkan perhitungan Depperdag, kenaikan ekspor terbesar berpotensi terjadi ke Thailand karena selama ini memiliki BM yang lebih tinggi dibanding negara lainnya terutama untuk produk pertanian. Ekspor produk pertanian ke negara itu berpotensi melonjak hingga 537 persen, produk otomotif dapat naik hingga 301 persen, produk kayu naik 252 persen, tekstil dan garmen naik 160 persen, elektronik naik 127 persen, produk perikanan naik 106 persen, dan produk karet naik 67 persen. Tren kenaikan ekspor ke Thailand selama 2002 hingga 2006 sebesar 22,95 persen. Total ekspor Indonesia ke negeri Gajah Putih itu pada 2006 mencapai 2,054 miliar dolar AS atau sekitar 2,58 persen dari total ekspor Indonesia. Selama Januari-Juni, total ekspor Indonesia ke ke negara itu mencapai 1,44 miliar dolar AS. Potensi peningkatan ekspor ke negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Filipina diperkirakan tidak sebesar ke Thailand. Penghapusan BM dalam skema AEC diperkirakan mendorong ekspor produk otomotif ke Malaysia hingga 137 persen, tekstil dan garmen naik 70 persen, produk kayu 35 persen, produk karet 33 persen, produk pertanian 10 persen. Potensi peningkatan ekspor produk otomotif ke Filipina juga diperkirakan cukup tinggi yaitu 61 persen. Sedangkan produk lainnya meningkat rata-rata dua puluh persen.

COPYRIGHT © ANTARA 2007