Denpasar (ANTARA News) - Umat Hindu yang berasal dari beberapa etnik di Jawa, Bali, dan India menggelar doa bersama untuk kesuksesan, kelancaran serta keselamatan para delegasi konferensi internasional tentang perubahan iklim (UNFCCC) di lapangan Puputan Badung, "jantung" kota Denpasar, Senin petang. Umat dari beberapa etnik itu menyatu, untuk mengikuti serangkaian kegiatan ritual yang dipimpin Ida Pedanda Empu Parana Daksa Natha Ratu Bagus dari Asram Ratu Muncan, Kabupaten Karangasem. Alunan suara genta, semerbak wangi bunga dan dupa serta gemerincing irama gamelan ditabuh, mewarnai panjatan doa ratusan umat yang datang dari sejumlah daerah di Jawa, Bali dan India. Ketua Panitia kegiatan tersebut, I Made Dwija Nurjaya mengatakan, kegiatan yang digelar tersebut sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, dengan harapan dapat menghambat pemanasan global yang sedang diperdebatkan dalam konperensi UNFCCC di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Dalam doa bersama kali ini, melibatkan spiritual Sunda Wiwitan (Jawa Barat), Dayah Sekandan (Jawa Timur), "The Art of Living" (India) dan Bali. Sejumlah etnik berbaur untuk saling bergantian menggelar kegiatan ritual sesuai caranya masing-masing, untuk keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Menurut Made Dwija, dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara fisik melakukan reboisasi terhadap lahan-lahan kritis serta melakukan doa dengan serangkaian kegiatan ritual. Umat Hindu di Bali dalam memperlakukan hutan dan lingkungan menggelar upacara yang disebut Karya Agung Wana Kretih, yang pernah digelar tahun 2002 yang di pusatkan di Pura Luhur Batukaru, 65 km barat laut Denpasar. Kegiatan ritual berskala besar itu, dilakukan bertepatan dengan "Tumpek Wariga", yakni hari baik untuk menghormati tumbuh-tumbuhan, hutan beserta isinya. Secara niskala (giab) itulah, bentuk konservasi secara menyeluruh terhadap kawasan hutan. Semua itu membuktikan bahwa kearifan tradisional punya cara sendiri dalam menyelematkan kawasan hutan dan lingkungan sekitarnya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007