Nusa Dua (ANTARA News) - Kinerja ekspor panel kayu Indonesia diprediksi meningkat pada 2008, karena mulai menipisnya bahan baku kayu di sejumlah negara pesaing. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia, Abbas Adhar, di Nusa Dua, Bali, Senin, produk kehutanan Indonesia yang semakin ramah lingkungan juga menambah daya saing di pasar Internasional. Abbas Adhar menyatakan, ekspor panel kayu Indonesia diharapkan meningkat hingga 2,5 juta meter kubik, "Dengan nilai sekitar 2 miliar dolar AS," katanya, di sela-sela konferensi perubahan iklim di Bali." Tahun ini volume ekspor panel kayu hanya sekitar 1,7 juta m3, turun dari tahun 2006 yang volumenya mencapai 2 juta m3, katanya. Menurut dia, harapan bakal meningkatnya kinerja ekspor panel kayu Indonesia didasarkan pada sejumlah alasan, seperti makin tipisnya persediaaan bahan baku milik negara-negara pesaing. Di Malaysia dan China, misalnya, kata Abbas, persediaan bahan baku menipis setelah Indonesia menggencarkan operasi pemberantasan pembalakan liar. Selama ini, kedua negara itu diduga kuat menampung kayu ilegal asal Indonesia. "Operasi pemberantasan illegal logging yang digelar di Indonesia membuat pasokan kayu ilegal yang diselundupkan ke Cina dan Malaysia berkurang. Akibatnya mereka akan kekurangan bahan baku," kata Abbas. Seiring menipisnya bahan baku yang tersedia di Malaysia, negara itu diperkirakan akan memfokuskan kepada pengembangan perkebunan kelapa sawit dan penanaman di hutan tanaman. Kurangnya bahan baku kayu di China juga akan meningkatkan serapan panel kayu eks Indonesia di negara itu. China diperkirakan bakal menyerap panel kayu Indonesia sebesar 500.000 m3 pada tahun depan setelah pada tahun ini hanya sekitar 100.000 m3. "Pemerintah China juga akan menaikan nilai mata uang Yuan, sehingga ongkos produksi plywood akan meningkat," katanya. Jepang juga diperkirakan akan kekurangan pasokan bahan baku, sebab harga kayu asal Rusia yang selama ini diandalkan diperkirakan bakal mengalami kenaikan harga setelah pemerintah Rusia berencana untuk menaikan pajak ekspor hingga 75 persen. Selain sebagai produsen kayu, Jepang juga menjadi pasar utama plywood Indonesia. "Jadi, ada peluang bagi kita untuk meningkatkan kinerja ekspor. Produk plywood kita bisa berkompetisi dengan produk dari negara pesaing," ujar Abbas. Ongkos produksi panel kayu Indonesia, katanya, justru bisa ditekan seiring dengan semakin banyaknya pemanfaatan bahan baku asal hutan rakyat. Menurut dia, produk Indonesia yang diproduksi dengan cara ramah lingkungan juga menambah daya saing di pasar Internasional. Abbas menyayangkan adanya persepsi keliru yang menyatakan produk kayu Indonesia diproduksi dengan cara tidak ramah lingkungan. "Produk plywood Indonesia hanya diproduksi dari kayu yang legal baik dari hutan produksi maupun hutan rakyat," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007