Nakhon Ratchasima (ANTARA News) - Dengan menyandang busur dan anak panah di genggaman tangannya, pria ini bak seorang pahlawan perang, dan memang itu yang terjadi atlet Indonesia ini pada, Selasa, di lapangan Surinaree University of Technology menjadi pahlawan negaranya setelah meraih medali emas. I Gusti Nyoman Puruhito yang lebih akrab dipanggil Adit, Selasa, ia mampu menyingkirkan atlet Filipina Earl Benjamin Yap dalam final nomor coumpound perorangan putra dan sekaligus menggondol medali emas yang menjadi kebanggaan atlet. "Saya sebetulnya bergelut di panahan ini bukan atas kehendaK saya sendiri, waktu remaja saya dipaksa oleh ayah saya untuk berlatih panahan, padahal waktu itu saya lebih senang berenang," kenang Adit, bungsu dari tiga bersaudara pasangan I Gusti Nyoman Budiana dan Endah itu. Atlet kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur 22 Juni 1985 itu mengatakan, dirinya semakin terdorong menggeluti cabang olahraga panahan setelah dia bisa masuk Pra PON di Makkasar pada 2000. "Saya bangga bisa ikut Pra PON itu dan dari situ saya terus menekuni panahan dan hingga kini saya juga telah bisa ikut dua kali SEA Games, tapi di Manila lalu saya hanya dapat medali perunggu," tambah atlet yang mengaku baru tiga bulan ini mencoba berkonsentrasi di nomor compound. Menurut atlet yang dilatih oleh Deni Trisjanto ini, faktor fisik, konsentrasi dan mental amat menentukan keberhasilan selain tentu saja peralatan yang canggih yang sangat membantu akurasi. "Pelatih saya terus menekankan agar saya menjaga konsentrasi dan jangan mudah terpengaruh dengan situasi apapun, baik itu kondisi angin maupun tekanan penonton," katanya. "Angin disini cukup kencang, dan kalau kami tidak pandai-pandai membaca situasi bisa-bisa sasaran kami melenceng," tambahnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007