Tangerang (ANTARA News) - Dugaan sementara pihak Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kota Tangerang terhadap korban flu burung Mut (28), yang nyawanya tidak bisa diselamatkan itu akibat terjangkit dari pupuk kandang. "Dugaan sementara ke arah situ (akibat kontak dengan pupuk kandang, red), pasalnya tidak ada hasil positif dari pemeriksaan sampel darah unggas di sekitar tempat tinggal korban," kata Kepala Sub Dinas Peternakan Kota Tangerang, Banten, Carum Supandi, Selasa. Mut, warga Jalan Baru, Cikokol, Kota Tangerang meninggal pada hari Senin (10/12) sekitar pukul 09.00 WIB di RS Persahabatan, Jakarta, dan dari hasil pemeriksaan darahnya, korban positif terjangkit flu burung. Dari RS Persahabatan, Mut langsung dibawa ke daerah kelahirannya untuk dimakamkan di Desa Gujeg RT 01/01 Blok 4 Kecamatan Pangoragan Arjaonangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang diantar keluarganya. Kesehariannya, Mut membantu pekerjaan suaminya, Tamira yang bekerja sebagai penjual tanaman hias di Cikokol, Kota Tangerang, sehingga selalu kontak dengan pupuk kandang yang terbuat dari kotoran binatang sebagai penyubur tanaman. Supandi mengatakan, sejak korban diketahui meninggal, petugas dari Distanak, Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan Departemen Kesehatan RI mengambil sampel darah unggas milik tetangga korban. Sementara itu, Ketua RT 01/02 Kampung Cikokol, Kelurahan Cikokol, Kecamatan Tangerang, Asa Ahmad, juga pembuat pupuk kandang (kompos) yang dibeli pedagang tanaman, mengaku, dirinya membuat pupuk kandang tidak menggunakan bahan dari kotoran binatang. Ahmad mengatakan, pembuatan pupuk kandang berasal dari bahan serbuk gergaji dan jerami yang dibakar kemudian diolah dengan tanah hingga menjadi pupuk kompos untuk penubur tanaman dan tanah. "Saya biasa beli bahannya dari daerah Jatake, Kota Tangerang, dan baru kali ini ada kejadian konsumen saya meninggal akibat tertular flu burung dari pupuk sejak berjualan pupuk dari tahun 2002 lalu," kata Ahmad seraya menambahkan produksi pupuk per harinya mencapai 120 bungkus. Sementara itu, Lurah Cikokol, Naman Bakri mengatakan, terakhir daerah tempat tinggal korban disemprot anti flu burung pada bulan November 2006 lalu, kemudian warga tidak memelihara unggas. "Selang beberapa bulan, warga kembali memelihara hingga terjadi kematian Mut," kata Bakri. DI lingkungan RT 01/02 Kelurahan Cikokol, Tangerang, jumlah penduduknya mencapai 144 kepala keluarga (KK), warga yang memelihara unggas mencapai 22 KK dan warga yang diambil sampel darahnya mencapai 10 orang serta 207 unggas berbagai jenis.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007