Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia harus dapat memanfaatkan penurunan suku bunga Federal Reserve Bank AS (Fed rate) untuk memberi stimulan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan "Ini memberi ruang bagi penurunan BI rate dan sekaligus mengurangi beban biaya bagi dunia usaha terkait dengan meningkatnya biaya-biaya input seperti harga BBM industri," kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas, Bambang Prijambodo, di Jakarta, Rabu. Namun demikian, Bambang mengingatkan pemberian stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi tidak boleh melupakan fungsi BI lainnya, yaitu menjaga inflasi yang cenderung meningkat. Sementara itu, Ekonom senior BNI Ryan Kiryanto mengatakan penurunan Fed rate dipangkas 25 bps menjadi 4,25 persen pada Desember ini dan diharapkan akan diikuti penurunan 25 bps lagi bulan depan menjadi 4 persen. "Penurunan dalam basis poin yang konstan dan konsisten (25 bps) akan menciptakan ketenangan pasar karena menjadi lebih `predictable` dan mengesankan kehati-hatian yang tinggi dari The Fed," katanya. Ditambahkannya, penurunan Fed rate dimaksudkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi AS pasca krisis subprime mortgage. "Diperkirakan Fed rate akan terus diturunkan hingga level 3,75 persen. Hanya dengan cara ini ekonomi AS akan segera rebound," katanya. Dia juga mengingatkan, penurunan Fed rate bisa semakin memperlemah posisi dolar AS terhadap mata uang kuat lainnya seperti euro, yen, dan dolar Kanada. "Mestinya, rupiah akan segera menguat ke level Rp 9.000-an. Apalagi BI Rate (8 persen) jauh di atas Fed rate (4,25 persen)," katanya. Sedangkan ekonom Lippo Bank Winang Budoyo mengatakan, spread bunga yang masih cukup besar antara BI rate dan Fed rate akan berdampak positif bagi Indonesia karena tetap menarik investor asing. "Penurunan ini sudah sesuai ekspektasi pasar dan memang tujuan utama The Fed menurunkan adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara inflasi masih terkendali," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007