Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Sekretaris UNFCCC, Yvo de Boer, kepada pers di Nusa Dua, Kamis petang, mengatakan bahwa negosiasi alih teknologi dalam sidang Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) telah menyepakati satu terobosan berarti di bidang pendanaan. Menurut de Boer, GEF ("Global Environmental Fund") badan keuangan bentukan UNFCCC akan membuat satu program strategis baru yang mengkaji semua kebutuhan alih teknologi negara-negara berkembang, sesuai proposal yang mereka ajukan. "GEF akan salurkan dana ke proyek-proyek itu," katanya. Menanggapi pertanyaan tentang kerangka "Bali Roadmap" yang akan dihasilkan dalam Sidang UNFCCC ini, de Boer memperkirakan target reduksi 25-40 persen emisi pada tahun 2020 tidak akan dicantumkan dalam kesepakatan. Ia menjelaskan bahwa apa yang sedang dinegosiasikan oleh peserta sidang UNFCCC adalah kerangka kerja sama tentang apa-apa yang bisa dilakukan oleh negara maju dan negara berkembang mengatasi perubahan iklim. "Intinya saya percaya, bila negara maju bisa menunjukkan komitmennya meningkat untuk menurunkan emisi karbon, maka tentu saja negara berkembang pun akan melakukan penurunan emisi. Dan sebaliknya," kata de Boer menambahkan. Hingga mendekati akhir sidang UNFCCC, delegasi dari Amerika Serikat telah menyatakan pihaknya tidak ingin melihat target reduksi emisi karbon dicantumkan dalam "Bali Roadmap", dengan alasan mereka lebih menyukai pencapaian kesamaan visi masa depan ("a shared vision"). Pernyataan itu disampaikan oleh Paula J Dobriansky, kepala delegasi Amerika di Sidang Bali.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007