Yogyakarta (ANTARA News) - Pendiri ESQ Training Center, Ary Ginanjar Agustian, menerima penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa bidang Pendidikan Karakter dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Senin. Dalam pidatonya, Ary Ginanjar mengatakan selama puluhan tahun bangsa Indonesia tanpa disadari hanya berorientasi pada intelektualisme seperti yang diajarkan di sekolah dengan nilai akademik, tetapi sering mengabaikan nilai moralitas. "Kondisi itu menyebabkan terjadinya `manusia makan manusia`, baik di Indonesia maupun dunia, karena manusia hanya berorientasi dan berkiblat pada materialisme," katanya. Ia menambahkan mereka menganggap kebutuhan utama dan pertama manusia adalah pangan, sandang, dan papan, sedangkan spiritualitas menempati urutan terakhir. Akibatnya manusia berlomba dalam dimensi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, dan merasa tidak pernah puas. Menurut dia, seseorang yang tidak menemukan makna hidupnya akan merasakan keresahan yang luar biasa, dan menjadi manusia yang terasing dari dirinya sendiri. Tanpa memahami makna dan nilai kehidupan, akan muncul berbagai fenomena seperti tingginya penderita gangguan jiwa, meningkatnya pemakai narkoba, dan pergaulan bebas. "Tanpa prinsip hidup yang kuat manusia cenderung melakukan berbagai tindakan pelanggaran seperti perilaku kecurangan, korupsi, dan pelanggaran hukum," katanya. Untuk mengatasi semua itu diperlukan tiga jenis kecerdasan, yaitu IQ, EQ, dan SQ. Bangsa Indonesia sudah memiliki ketiga model itu, tetapi belum dikelola optimal sehingga mengakibatkan timbulnya bebagai pemasalahan. "Karena itu, saya menggagas sebuah metode untuk menggabungkan ketiga potensi dasar manusia itu sehingga terbentuk sumber daya manusia yang tangguh sekaligus memberikan jawaban atas pencarian seluruh manusia di muka bumi. Metode tersebut saya namakan `ESQ Way 165`, yang merupakan rumusan untuk memadukan secara seimbang tiga potensi yaitu nilai, rasa, dan logika," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007