Surabaya (ANTARA News) - Jemaah Haji (JH) Jawa Timur dari kelompok terbang (kloter) 81, Kamis petang, diisukan tewas saat melontar jumrah, padahal JH Jatim hingga kini tidak ada yang meninggal dunia karena terinjak-injak saat melontar jumroh. "Yang benar adalah saat rombongan JH Jatim dari kloter 81 tiba di lokasi jumrah ada salah seorang jemaah yang kecapekan, tapi pertolongan terlambat sehingga meninggal dunia," kata staf Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen Agama Jawa Timur (Humas Kanwil Depag Jatim), H. Sugianto, kepada ANTARA News Surabaya per telepon dari Tanah Suci Makkah, Arab Saudi. Menurut dia, keterlambatan ambulans membuat JH Jatim itu meninggal dunia dan sempat menjadi tontonan jemaah lainnya, sehingga JH Jatim itu diisukan tewas saat melontar jumroh. "Tapi, kejadian yang tidak benar itu menyebar kemana-mana dari mulut ke mulut dan akhirnya sampai ke Tanah Air, padahal berita yang diterima maktab 55 tidak seperti itu," katanya. Maktab 55 rencananya menjadi lokasi permukiman JH Jatim kloter 81. Ia mengatakan, dirinya menunggu dalam waktu yang lama sejak semalam hingga pagi hari, sehingga mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lokasi lontar jumrah. "Saya sekarang dalam perjalanan menuju lokasi jumroh untuk mabit, menginap setelah melontar jumroh, karena itu warga Jatim hendaknya tidak mudah termakan isu sebelum ada informasi dan konfirmasi dari Kandepag setempat atau Kanwil Depag Jatim," katanya. Ditanya tentang JH Indonesia yang tersesat dalam setiap harinya, ia mengatakan, jumlahnya mencapai ratusan dalam sehari, karena data di sektor 4 mencapai 25 Jemaah Sesat (JS) setiap hari. "Itu satu sektor saja, karena itu JS dari Indonesia setiap harinya mencapai ratusan orang. Biasanya, JS tersesat setelah salat fardlu dari Masjidil Haram, tapi tidak tahu arah pulang ke rumah atau maktab-nya," katanya. Oleh karena itu, menurut dia, di sekitar Masjidil Haram ada Posko Khusus guna menangani JS. "Ada petugas keliling yang mencari JS dengan tanda-tanda bingung, karena yang sering terjadi memang jemaah tersesat setelah salat subuh dan maghrib," katanya. Ia mencontohkan, JS bernama Ashandi bin Karsomiharso (70) dari kelompok terbang (kloter) 17 asal Tulungagung, Jawa Timur yang tersesat bersama isterinya. "JS Tulungagung itu ditemukan pada 7 Desember lalu, kemudian diantar ke alamatnya di rumah 214, maktab 14, daerah jarwal (1 km dari Masjidil Haram), dan sektor 3," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007