Kupang (ANTARA News) - Penerbangan perintis bersubsisi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini baru ke tiga daerah, yakni Bandar Udara Soa, Kabupaten Ngada (Pulau Flores), Haliwen Kabupaten Belu (Pulau Timor) dan Terdamu, Kabupaten Kupang (Pulau Sabu). "Semula ada lima daerah penerbangan perintis di NTT, namun penerbangan ke Lembata dan Rote Ndao dihilangkan terkait kebijakan pengurangan subsidi di awal tahun 2007," kata Kepala Dinas Perhubungan NTT, Drs Simon Uly, di Kupang, Sabtu. Ia mengatakan, penerbangan perintis di wilayah NTT sampai tahun 2006 lalu mencakup Soa di Ngada, Haliwen di Belu dan Lekunik di Rote Ndao, yang dilayani maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines (MNA). Namun, maskapai penerbangan swasta PT Trigana Air dengan pesawat ATR Trans Nusa sejak tahun 2006 juga menyinggahi Pulau Rote, pulau paling selatan Indonesia itu dan Lembata sehingga terjadi kesenjangan tarif subsidi dan komersial. MNA kemudian memilih menghentikan penerbangan ke Rote dan Lembata dengan asumsi pengguna jasa penerbangan di Pulau Rote masih mampu menggunakan jasa penerbangan komersial. Subsidi untuk penerbangan ke Pulau Rote dan Lembata itu dialihkan ke Pulau Sabu, bahkan rute penerbangannya dua kali seminggu sesuai dengan permintaan pengguna jasa penerbangan. "Ternyata Trigana Air juga meninggalkan penerbangan ke Rote sehingga dalam tahun 2007 tidak ada penerbangan ke pulau itu. Kami sudah menyurati manajemen Trigana Air agar konsekuen dengan jadwal penerbangannya," ujar Uly. Ia mengatakan, Departemen Perhubungan juga sudah meminta penjelasan manajemen Trigana Air yang telah mengantongi jadwal penerbangan berkala ke Pulau Rote, namun enggan menyinggahi daerah itu. Para wakil rakyat di gedung DPRD Kabupaten Rote Ndao juga meminta pemerintah memperjuangkan penerbangan ke Pulau Rote, terutama pada waktu-waktu tertentu ketika transportasi laut sulit digunakan akibat peningkatan gelombang laut. "Dalam kondisi cuaca buruk dan gelombang tinggi di perairan Pulau Rote seperti sekarang ini tidak memungkinkan transportasi laut sehingga dibutuhkan pesawat udara. Karena itu, Trigana Air harus konsekuen dengan jadwal penerbangan berkala ke Pulau Rote," ujar Uly menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007