Banten (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta masyarakat selalu siaga dan tidak panik apabila menghadapi gempa dan tsunami, dengan mengikuti tata cara penyelamatan diri yang telah disosialisasikan. "Saya berpesan tidak panik dalam mengatasi keadaan darurat jika terjadi bencana dan tsunami," kata Presiden Yudhoyono, usai menyaksikan peragaan penanganan korban bencana dan tsunami serta uji teknologi Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS), di kawasan di Kelurahan Gunung Sugih Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Rabu. Dipilihnya kawasan tersebut selain karena areal permukiman penduduk juga banyak terdapat pabrik bahan kimia yang mengancam jiwa para pekerja dan masyarakat sekitar jika terjadi gempa dan tsunami. Simulasi yang dilakukan melibatkan berbagai unsur seperti TNI AD, Kepolisian, Depsos, Depkes, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),DAN perusahaan di sekitar lokasi, berlangsung lancar dengan memperagakan proses penyelamatan korban yang terkontaminasi bahan kimia pabrik, hingga proses evakuasi. Di depan sekitar ribuan warga dan karyawan perusahaan, Kepala Negara berusaha meyakinkan bahwa dengan sosialisasi penanganan bencana dan tsunami diharapkan jumlah korban dapat dikurangi. Presiden menyatakan, Indonesia memang rawan bencana tsunami. Menurut catatan sejarah, selama kurun waktu 100 tahun terakhir, terjadi gempa bumi berkekuatan kecil, sedang, dan besar hingga 7 Skala Richter sebanyak 212 kali . Sebanyak 86 kali di antaranya gempa tektonik yang menimbulkan tsunami (gelombang pasang) hingga sekitar 100 kali, dan terbesar seperti di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2006. Dengan pelajaran tersebut pemerintah dan masyarakat tentu bertekad dapat mengurangi korban jiwa. " Apakah saudara berharap ada tsunami di tempat ini? Tanya Kepala Negara. "Tidak", teriak para hadirin yang mengelilingi tenda tempat Presiden memberikan wejangan. Untuk itu, kata Presiden, "Mari kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar daerah (Ciwandan) dan semua daerah lainnya di Indonesia dijauhkan dari segala bencana termasuk tsunami". Di satu sisi negara rawan gempa dan potensi tsunami, ujar Presiden, tetapi di sisi lain Indonesia patut bersyukur memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang dapat digunakan untuk pembangunan. Presiden menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir ini, pemerintah terus meningkatkan kemampuan peralatan atau teknologi yang digunakan untuk mendeteksi lebih dini tsunami. "Kalau dulu tidak tahu ada bencana tsunami. Jika tahun 2005 dengan alat baru diketahui potensi tsunami 12 menit setelah gempa, dan 2006 sembilan menit kemudian, maka sekarang dengan dikembangkannya teknologi lima menit pasca gempa telah diketahui potensi tsunami," kata Presiden. Presiden mengatakan bahwa simulasi penanganan gempa dan tsunami telah dilakukan di Padang, Sumatera Barat tahun 2005, dan di Denpasar, Bali tahun 2006. "Dengan pelatihan dan simulasi penanganan tsunami maka semua pihak dapat mengetahui kapan saatnya meninggalkan lokasi, dan tau ke arah mana menyelamatkan diri," kata Presiden.(*)

Pewarta: surya
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007