Banda Aceh (ANTARA News) - Sejumlah organisasi masyarakat dan mahasiswa, yang tergabung dalam Forum Komunikasi untuk Syariat (Fokus), mengimbau masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk tidak merayakan Tahun Baru 2008, terutama dengan cara yang melanggar syariat Islam. "Kita minta masyarakat tidak merayakan Tahun Baru 2008 dengan cara yang melanggar syariat Islam, mengingat hal tersebut sangat bertentangan dengan norma dan agama yang berlaku di Aceh," kata Koordinator Fokus, Basri Effendi, di Banda Aceh, Jumat. Sejumlah lembaga yang tergabung dalam Fokus tersebut, antara lain BKPRMI, PW PII , RTA, GPI, Badko HMI, BAM, KAMMI, PMII, IMM, BPSI, GP Ansor, Iskada, Himmah, HTI, Al Risalah IAIN, Pema Usyiah, Bema IAIN, dan Fosma Unsyiah. Menurut Basri, perayaan tahun baru merupakan budaya asing dan bukan tradisi masyarakat Aceh yang sebagaian besar menganut agama Islam, sehingga tidak perlu dirayakan. "Biasanya masyarakat Aceh yang kental dengan nilai ke-Islamannya lebih memilih perayaan Tahun Baru Hijriah yang merupakan pergantian tahun Islam, bukan malah merayakan tahun Masehi dengan berbagai keigiatan yang melanggar syariat," kata dia pula. Dia juga menyesalkan adanya upaya perayaan tahun baru yang dilakukan oknum tertentu, dengan menjual terompet dan persiapan pesta besar-besaran di sejumlah hotel dan cafe di Aceh. "Kami minta jika ada masyarakat Aceh atau NGO atau LSM asing dan lokal yang ingin mengadakan pesta tahun baru, tolong segera dibatalkan. Namun jika tetap ingin melakukannya, kami minta jangan diadakan di Aceh," ujar dia pula. Perwakilan Badan Anti Maksiat (BAM) Fakhrudin, mengharapkan, pemerintah daerah maupun kota di NAD itu dapat lebih fokus menyikapi permasalahan perayaan tahun baru, sehingga tidak mencoreng nama baik daerah yang dikenal dengan "Serambi Mekkah" itu. "Sudah sepatutnya pemerintah sebagai pemimpin masyarakat untuk lebih tegas melarang setiap upaya perayaan tahun baru di berbagai tempat, termasuk di kawasan wisata seperti Sabang," kata dia. Dia mengingatkan, bila dalam waktu dekat pemerintah tidak melakukan upaya tersebut, jangan salahkan kalau mereka sendiri yang akan turun tangan mengatasi hal tersebut. Selain itu, kata Fakhrudin, sejumlah ormas yang tergabung di Fokus, dalam waktu dekat juga akan melakukan sosialiasi larangan perayaan tahun baru itu, ke sejumlah sekolah dan hotel. "Kami tahu yang paling banyak merayakan pesta tahun baru adalah remaja, untuk itu pada tanggal 30-31 Desember 2007, kami akan mendatangi sejumlah SMP dan SMA guna memberikan pemahaman kepada mereka mengenai arti tahun baru yang sebenarnya," kata dia pula.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007