Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan prestasi pasar saham Indonesia yang tumbuh sebesar 52 persen menunjukkan bahwa arah pembangunan ekonomi sudah pada jalan yang benar, baik di sektor makro dan sektor riil. "Prestasi itu menggambarkan ada perbaikan trend positif, makro ekonomi dan sektor riil. Banyak yang mengatakan sektor riil kita belum tumbuh atau jalan di tempat, itu tidak benar. Karena ekonomi tumbuh 6,3 persen, maka itu agregat dari pertumbuhan sektor riil, itu kumpulan dari semua komponen `demand side` ekonomi kita, seperti konsumsi belanja pemerintah dan lainnya," kata Presiden Yudhoyono saat berdialog dengan pelaku pasar saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu. Menurutnya, prestasi pasar modal itu juga menunjukkan bahwa stabilitas keamanan dan politik, serta kondisi masyarakat di seluruh tanah air sangat baik, karena peningkatan pasar saham terkait pada kepercayaan investor di pasar modal. Untuk itu, Presiden meminta agar para pelaku pasar modal terus meningkatkan prestasinya, terutama dalam memperbesar kontribusi pasar saham terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. "Saya berharap lebih banyak lagi emiten di BEI, termasuk investor individu. Jika keduanya bisa diperkuat, maka pasar modal bisa kuat terhadap goncangan ekonomi dunia karena penyangganya berasal dari dalam negeri," tambahnya. Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan IHSG mencatat kinerja baiknya di 2007. Diukur dari sisi transaksi hari terakhir di 2006, maka hingga 27 Desember 2007 lalu IHSG BEI sudah tumbuh 52 persen. Angka tersebut merupakan persentase pertumbuhan indeks tertinggi di kawasan Asia, di luar China dan nomor tiga di Asia Pasifik, di luar Shanghai dan Shenzen. Nilai kapital yang mencerminkan total aset dan perusahaan yang listing di BEI juga pernah mencapai Rp2.000 triliun pada 11 Desember 2007, sebelum akhirnya ditutup pada angka Rp1.982,7 triliun pada 27 Desember lalu. "Hal itu menunjukkan telah terjadi peningkatan kapitalisasi pasar lebih dari 57 persen pada 2007 lalu," katanya. Pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar tersebut juga cukup signifikan terhadap kontribusi pasar modal bagi total produk domestik bruto nasional yang tadinya hanya 37,4 persen di 2006, saat ini nilai kapitalisasi pasar sudah mencapai 67 persen dari PDB. Nilai transaksi saham tahunan juga meningkat lebih dari 130 persen dari Rp445 triliun di 2006 menjadi Rp1.043 triliun di 2007. Hal ini sejalan dengan meningkatnya nilai rata-rata transaksi saham harian di bursa, dari hanya sekitar Rp1,85 triliun di 2006 menjadi Rp4,2 triliun per hari di 2007. Pencapaian lain, kata Menkeu, adalah mulai pulihnya kepercayaan para pemodal bagi industri reksadana nasional, meski pun belum menembus rekor nilai aktiva tertinggi di 2004 sebesar Rp104 triliun. Namun pertumbuhan selama dua tahun terakhir ini sangat konsisten dan jelas merupakan sinyal yang kuat akan semakin terjaga pertumbuhannya di 2008 ini. Nilai aktiva bersih reksadana di 2007 di tutup pada angka 90 triliun dengan pertumbuhan rata-rata 75 persen selama dua tahun terakhir ini. "Kami cukup optimis nilai aktiva bersih di 2008 akan melampaui rekor tertinggi sebelum krisis di 2004," kata Sri Mulyani. Emiten Domestik Menkeu juga mengemukakan pada 2007 tercatat 61 perusahaan melakukan penawaran umum. Sebanyak 23 di antaranya melakukan emisi saham dan 38 melakukan emisi obligasi. Totalnya mencapai Rp47 triliun ini yang tercatat untuk masuk di dalam pencatatan PDB yang merupakan komponen investasi. Dibandingkan 2006, terjadi pertambahan 12 emiten saham dan 14 emiten obligasi, dengan total nilai emisi mencapai Rp12,77 triliun. Hal ini menunjukkan berbagai bentuk bahwa industri pasar modal dengan sektor riil suatu hubungan yang tidak terpisahkan. Tahun lalu, kata Menkeu, untuk pertama kalinya sejak industri ini diliberalisasikan pada awal 1990, partisipasi pemodal domestik telah berada di atas aktivitas transaksi dari pemodal asing. "Jadi sebetulnya kita sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri," kata Menkeu. Meski begitu, dalam mencermati trend tersebut bukan berarti peran investor asing mulai berkurang, tetapi karena partisipasi investor domestik semakin meningkat dalam budaya berinvestasi di pasar modal, termasuk masyarakat umum. Menkeu juga mengatakan jajaran BEI menyumbang Rp3 miliar untuk bencana alam yang terjadi di Indonesia. Presiden juga mengingatkan bencana alam bisa mengganggu ketahanan pangan dan menambah anggaran untuk penanganan bencana alam. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008