Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dorong peningkatan daya saing Indonesia melalui pemanfaatan teknologi dan penciptaan inovasi sesuai kebutuhan bangsa Indonesia.

"Era Revolusi Industri 4.0 merupakan suatu momentum bagi BPPT untuk menjadikan Indonesia berdaya saing dan berdaulat melalui iptek sehingga mandiri, maju, adil dan makmur," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam acara paparan Kepala BPPT dengan tema "Mempererat Silaturahim, Menguatkan Inovasi" di Kantor BPPT, Jakarta, Rabu.

Hammam mengatakan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pusat kegiatan inovasi yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"BPPT berupaya keras meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa Indonesia. Untuk itu penguasaan teknologi dan inovasi mutlak diperlukan," ujarnya.

BPPT terus melakukan penguatan dan pengembangan di bidang rekayasa, kliring teknologi, audit teknologi, difusi dan komersialisasi, alih teknologi dan intermediasi.

Dalam paparan penguatan inovasi itu, Hammam menyampaikan sejumlah inovasi yang berhasil diciptakan BPPT antara lain, sistem navigasi penerbangan, audit kemampuan produksi kereta api LRT, kliring dan audit teknologi untuk kereta cepat Jakarta – Surabaya, dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Bantar Gebang yang pertama di Indonesia

ADS-B adalah sistem navigasi penerbangan di mana setiap pesawat terbang memancarkan data penerbangannya berupa identitas, koordinat lokasi, ketinggian, kecepatan, dan indikator lainnya, ke segala arah secara terus menerus melalui media gelombang radio.

Penggunaan ADS-B akan mengatasi kendala penerbangan di wilayah yang kosong ataupun sulit dijangkau oleh radar, seperti wilayah Papua.

BPPT telah melakukan audit kemampuan produksi kereta api lintas rel terpadu (LRT) serta uji kekuatan struktur kereta, berupa uji jika diberi beban bisa terus berjalan dengan aman.

BPPT melakukan kliring dan audit teknologi untuk kereta cepat Jakarta – Surabaya yang diharapkan dapat ditempuh hanya dalam waktu 5,5 jam atau kecepatan rata-rata 130 kilometer per jam.

BPPT juga membuat pesawat nirawak purna alap alap yang pada 3 Mei 2019 berhasil melakukan misi pemetaan Pulau Sertung di perairan Gunung Anak Krakatau yang pada Desember 2018 mengalami longsor dan jadi penyebab tsunami.

BPPT juga telah mengembangkan beras sehat dalam rangka menyiapkan bahan pangan yang sehat dan bergizi tinggi bagi masyarakat

BPPT juga telah menciptakan pangan darurat biskuit neo. Produk ini dibuat untuk menghadapi situasi di mana memasak tidak memungkinkan dan air bersih tidak tersedia. Biskuit ini berasal dari bahan pangan lokal sehingga dapat di produksi masal sebagai bahan pangan saat terjadi bencana.

BPPT mengembangkan garam farmasi melalui kerjasama dengan kimia farma untuk membuat pabrik garam farmasi yang mempunyai kapasitas produksi 2.000 ton per hari yang pabriknya berada di Jombang, Jawa timur.

Garam farmasi memiliki beberapa keuntungan, yakni mengurangi ketergantungan impor garam, penghemat devisa negara, pemberdayaan garam lokal dan mendukung industri garam nasional.

BPPT juga telah menciptakan pemungutan suara elektronik (e-Voting) dan mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas Palm Oil Mill Effluent (POME). Proyek percontohan pembangkit listrik tenaga Biogas POME merupakan upaya pemanfaatan limbah cair kelapa sawit menjadi energi.

BPPT berhasil melakukan rekayasa teknologi material, dengan menghadirkan inovasi produk rubber airbag, yang memanfaatkan komoditi karet alam lokal. Inovasi rubber airbag dapat menjadi awal bagi kebangkitan industri karet dalam negeri, khususnya mendukung bidang industri perkapalan dan kemaritiman

"BPPT berkomitmen untuk memberikan pelayanan teknologi untuk pembangunan bangsa," ujarnya.

Dalam bidang kedirgantaraan, BPPT memiliki perangkat pengujian aerodinamika, di bidang lingkungan dan kebumian ada teknologi air siap minum, sampai dengan teknologi survei kelautan.*


Baca juga: BPPT luncurkan rumah tahan gempa dan api untuk daerah rawan bencana

Baca juga: BPPT kerja sama dengan perusahaan Australia untuk pembibitan sapi

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2019