Ramallah (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas kembali menyampaikan penolakannya tentang prinsip pembentukan negara Palestina merdeka dengan perbatasan sementara. Abbas menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan dua hari Majelis Pusat Palestina (PCC) Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dimulai Ahad di markas besarnya di Ramallah. PCC merupakan lembaga tertinggi Palestina yang terdiri atas Komite Eksekutif PLO dan Dewan Nasional Palestina (PNC) atau parlemen PLO di pengasingan. "Gagasan yang ditawarkan kepada kami mengenai negara Palestina dengan perbatasan sementera sama sekali ditolak, dan kami akan mempertahankan penolakan tersebut, kendati ada kalangan yang menerima gagasan tersebut," kata Abbas, seperti dilaporkan Xinhuanet. Abbas meninjau kembali peran PLO sejak organisasi itu didirikan pada 1964 dan menitikberatkan pada kunjungan Presiden AS George W. Bush ke kota-kota Tepi Barat, Ramallah dan Bethlehem, dan mengatakan, "Kami sepakat dengan Presiden Bush untuk melaksanakan tiga jalur utama." "Jalur pertama adalah perundingan perdamaian mengenai masalah status permanen, yang direncanakan dimulai pada Senin. Kedua, penerapan tahap awal rencana peta jalan untuk perdamaian, dan jalur ketiga adalah ekonomi dan keamanan," ujar Abbas. Disamping ketiga jalur utama itu, Bush juga menyerukan "negara-negara Arab untuk megulurkan tangan kepada Israel" di Jerusalem pada Kamis, setelah melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Israel dan Palestina dalam kunjungannya ke kawasan itu. Mengenai situasi di Jalur Gaza, Abbad mengatakan bahwa "kondisi kehidupan di Gaza kian memburuk akibat kudeta yang dilancarkan gerakan HAMAS di Jalur Gaza". Abbas memberi syarat membuka kembali dialog dengan HAMAS, dengan mengatakan, "sayarat pertama, HAMAS harus mengakhiri kudeta dan menyampaikan permintaan maaf. Kedua HAMAS harus mengakui PLO dan perjanjian yang telah ditandatangani, dan ketiga mengikuti pemilu dini." "Ini merupakan syarat kami dan kami tidak dapat mengubahnya," kata Abbas, yang mengecam gerilayawan du Jalur Gaza karena kerap meluncurkan rokot-roket rakitan ke wilayah Israel. Abbas mengatakan setiap kali Israel membuka salah satu pintu perbatasan untuk memudahkan masyarakat di Jalur Gaza, para gerilyawan pun datang menghadang dengan menembakkan roket di perbatasan itu. Ia berjanji akan terus memberikan dukungan finansial kepada 77.000 pegawai sipil di Jalur Gaza, dan menambahkan, "Warga Gaza dapat dibebaskan membayar pajak karena menghadapi kesulitan sejak kudeta HAMAS tujuh bulan silam." HAMAS memburu para pendukung gerakan Fatah, yang loyal kepada Abbad, dan menguasai Jalur Gaza pada pertengahan Juni sehingga menimbulkan bentrokan berdarah. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008